Salamat diseret paksa lalu diikat dan dipukuli beramai-ramai.
Padahal, saat kejadian itu Salamat diketahui sedang berjuang melawan sakit akibat Covid-19.
"Tulang saya diikat, diseret dan dipukul masyarakat seperti binatang," kata dia.
"Saya ingin kejadian itu diproses secara hukum. Karena sudah sangat tidak manusiawi," kata Jhosua.
Usai dipukuli ramai-ramai, Salamat berhasil melarikan diri dan sembunyi di tengah sawah kosong.
Menurut Jhosua, pamannya itu sangat trauma sehingga tidak berani beranjak dari tempatnya.
Salamat bersembunyi di tengah sawah dengan kondisi lemah usai dipukuli.
Beruntung, perwakilan dari organisasi PBB Tobasa akhirnya menemukan Salamat dan mengevakuasinya.
Saat ini, Salamat sudah berada di bawah perlindungan PBB Tobasa.
Kasus penganiayaan terhadap Salamat juga sudah dilaporkan ke pihak kepolisian.
Kepala Bidang Penerangan Masyarakat (Kabid Penmas) Kepolisian Daerah Sumatera Utara, AKBP MP Nainggolan saat dikonfirmasi sudah mengetahui informasi tersebut.