”Kejadian kematiannya tinggi sekali. Setiap hari, ada kematian, paling tidak itu dua orang. Gejalanya sama, sesak napas,” kata Eny, dilansir dari Kompas.id.
Mereka yang meninggal itu, ada yang hanya bertahan di rumah hingga meregang nyawa.
Sebagian warga meninggal setelah ditolak rumah sakit karena kapasitas ruang perawatan penuh.
Upaya menolong warga yang menderita sesak napas dengan bantuan tabung oksigen dan oksigen juga tak mudah dilakukan para pengurus dan anggota JRMK.
Eny dalam minggu ini mencoba membantu warga yang membutuhkan oksigen setelah berhasil mendapatkan pinjaman tabung oksigen dari aktivis kemanusiaan, Sandiyawan Sumardi.
Namun, untuk mengisi oksigen pun sangat sulit.
"Kami sudah dapat link dari mana-mana."
"Tapi saat coba dilacak oleh keluarga, tidak ada, semua kosong."
"Lalu, ketika dapat oksigen, antrenya seharian."
"Bisa dibayangkan, orang dalam keadaan sesak napas menunggu oksigen sampai seharian, padahal hitungan menit saja sudah megap-megap," kata Eny.
Di wilayah padat penduduk Penjaringan, satu tabung oksigen yang didapatkan dari Sandiyawan digunakan bergilir oleh warga setempat.