"Gue itu riya (pamer) atau enggak ya? Gue aja nggak tahu gitu lho," sambungnya.
Bahkan blak-blakan, Baim terkadang sampai refleks mencari kamera saat menemukan orang yang ingin ia beri bantuan.
"Setiap mau ngelakuin sesuatu, pas di mobil sempat sadar, gue ngeliat (target), tiba-tiba 'eh, kamera mana ya?'," tutur Baim.
"Jadi aneh untuk ngasih seseorang pengemis saja sekarang itu udah mikir kamera," sambungnya.
"Dan itu nggak enak banget di gue, dan gue nyadar banget itu," lanjutnya.
Namun untungnya, Baim mengaku kerap mendapatkan bisikkan untuk lebih ikhlas memberi bantuan tanpa kamera.
"Apa ya jadi kayak kebiasaan yang jadinya 'mana kamera?', tapi lama-lama untung ada bisikan yang suka ngingetin gue 'eh, lo kok nggak bener ni sekarang? Ngasih gini aja kok pake kamera?'," ucap Baim.
"Akhirnya udah tuh naroh kamera, ngasih (bantuan), di situ langung mikir 'iya ya, gue selama ini begini (riya) nggak ya? Bener nggak ya apa yang gue lakuin?'," sambungnya.
Karena bingung, Baim pun lantas mencari jawaban dari ustaz dan mendapatkan nasihat.
"'Baim, kalau kamu arahnya sudah meringankan beban orang, nggak usah dipikirin terlalu jauh. Biar Allah aja deh yang nilai'," pungkas Baim menirukan ucapan sang ustaz.