Follow Us

Pandemi Corona Masih Jatuhkan Banyak Nyawa, China Kembali Temukan Virus yang Berisiko Timbulkan Pandemi Lagi

Cynthia Paramitha Trisnanda - Selasa, 30 Juni 2020 | 12:52
ilustrasi penemuan virus baru di tengah pandemi corona
pexels.com

ilustrasi penemuan virus baru di tengah pandemi corona

GridHITS.id - Hingga kini, pandemi corona di berbagai dunia seolah belum selesai.

Para ahli, peneliti, dan pemerintah masih berjibaku untuk segera menyelesaikan pandemi yang mulai membahayakan masyarakat sejak akhir 2019 lalu.

Bahkan, angka pasien dinilai terus meningkat.

Pandemi Covid-19 atau virus corona ini awalnya berasal dari Wuhan, China, sekitar akhir 2019 lalu.

Tak butuh waktu lama, virus ini langsung menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.

Baca Juga: Sakit Kepala Bisa Jadi Tanda Terinfeksi Covid-19, Kenali Perbedaannya dengan Migrain dan Nyeri Kepala Biasa

Belum selesai masalah pandemi Covid-19, penelitian terbaru menemukan adanya virus baru yang berisiko menyebabkan pandemi lagi.

Para peneliti di China menemukan flu babi jenis baru yang dapat meluas jadi pandemi.

Temuan itu diungkap oleh sebuah penelitian yang diterbitkan PNAS jurnal sains di Amerika Serikat (AS) pada Senin (29/6/2020).

Dilansir dari AFP, virus yang dinamai G4 ini secara genetik adalah turunan dari strain H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009.

Virus ini memiliki "semua syarat penting untuk bermutasi dan menginfeksi manusia," kata para penulis yang terdiri dari ilmuwan di sejumlah universitas China serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.

Flu babi jenis baru muncul di China.
Freepik

Flu babi jenis baru muncul di China.

Dari 2011-2018, para peneliti dari China Agricultural University (CAU) mengambil 30.000 tes swab hidung dari babi-babi di rumah jagal 10 provinsi China, termasuk di rumah sakit hewan.

Tes massal itu berhasil mengumpulkan 179 jenis flu babi. Mayoritas adalah jenis baru yang sudah dominan berada di babi-babi sejak 2016.

Baca Juga: Berkumur dengan Air Garam Bisa Meredakan Gejala Covid-19 dan Menghambat Penyebarannya, Begini Penjelasan Para Ahli yang Menelitinya

Para peneliti kemudian melakukan berbagai percobaan termasuk pada ferret, sejenis musang yang banyak digunakan dalam studi flu.

Ferret dipakai lantaran memiliki gejala flu yang mirip manusisa, seperti demam, batuk, dan bersin.

AFP mewartakan, virus G4 sangat menular, bereplikasi dalam sel manusia, dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada ferret dibandingkan virus-virus lainnya.

Hasil tes juga menunjukkan kekebalan yang didapat manusia dari paparan flu musiman, tidak memberikan kekebalan terhadap G4.

Menurut hasil tes antibodi, sebanyak 10,4 persen pekerja di industri babi sudah terinfeksi.

Hasil tes pun menunjukkan 4,4 persen populasi umum tampaknya juga telah terpapar.

Dengan demikian virus telah berpindah dari hewan ke manusia, tapi belum ada bukti virus itu dapat menular antarmanusia.

"Itu kekhawatiran kami bahwa infeksi virus G4 akan beradaptasi di manusia dan meningkatkan risiko pandemi pada manusia," tulis para peneliti sebagaimana dikutip AFP.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Selesai, Salah Satu Daerah di Indonesia Ini Dapat Cobaan Hewan Ternaknya Mati! Korban Makhluk Gaib?

Para penulis pun menyerukan upaya-upaya mendesak untuk memantau orang-orang yang bekerja dengan babi.

"Ini pengingat yang baik bahwa kita terus-terusan menghadapi risiko munculnya patogen zoonosis baru dan bahwa hewan ternak, yang berkontak lebih dekat dengan manusia daripada satwa liar, juga bisa menjadi sumber virus pandemi," terang James Wood kepala departemen kedokteran hewan di Universitas Cambridge, dikutip dari AFP.

Infeksi zoonosis disebabkan oleh patogen yang melompat dari hewan ke manusia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul G4, Flu Babi Jenis Baru yang Muncul di China dan Bisa Jadi Pandemi

Source : Kompas.com

Editor : Cynthia Paramitha Trisnanda

Baca Lainnya

Latest