Telur konsumsi merupakan telur yang tidak dibuahi oleh pejantan. Jika ditetaskan bertahun-tahun pun, telur konsumsi tidak akan menetas.
“Yang kita beli di warung itu, enggak mungkin menetas jadi anak ayam,” lanjut dia.
Telur infertil bukan untuk konsumsi
Imron mengatakan, telur infertil sebenarnya aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi, telur infertil memiliki risiko terkait pendeknya waku penyimpanan.
Selain itu, keberadaan telur infertil juga akan memengaruhi stabilitas penawaran dan permintaan telur konsumsi. Demikian pula stabilitas harga.
“Sebetulnya kalau dikatakan aman, ya aman. Masalahnya kalau infertil, ada masa harus diproses untuk ditetaskan. Jadi begitu keluar dari mesin, dia (telur) sudah berumur lama. Jadi ini memengaruhi masa simpan,” ujar Imron.
Oleh karena itu, ada potensi bahaya karena masa simpannya yang relatif pendek. Jika disimpan dalam waktu lama, kualitasnya tidak akan baik.
“Lain dengan telur konsumsi yang memang didesain ketika dia keluar dari induk, dia dikumpulkan untuk diedarkan. Kalau ini kan (infertil) begitu keluar dari induk disimpan dulu di mesin. Tetas dulu 18-21 hari atau selama beberapa hari. Begitu enggak menetas, baru dikeluarin,” ujar dia.
Dilarang diperjualbelikan
Imron menyebutkan, telur infertil bukan untuk konsumsi sehingga tak ada aturan pelarangan konsumsi telur ini dalam Peraturan Menteri Pertanian.
Akan tetapi, telur ini dilarang untuk diperjualbelikan.
“Kalau di Permentan, dilarang memperjualbelikan telur tertunas dan infertil. Artinya, baik yang sudah masuk mesin ataupun belum,” kata dia.