Setelah meninggal, para pengikutnya memblokir pintu masuk ke rumah si pendeta selama 8 jam saat petugas medis akan membawa jenazah Ndifor.
Ternyata para pengikutnya menganggap Ndifor adalah Nabi dan menurut mereka saat itu Ndifor sedang berada dalam 'pertemuan rohani' dengan Tuhan sehingga tidak bisa dikuburkan.
Kerana itu, pemerintah terpaksa mendatangkan polisi untuk menerobos masuk ke rumah Ndifor yang dijaga oleh para pengikutnya.
Para pengikut Ndifor bernyanyi dan berdoa untuk kebangkitan sang pendeta sepanjang akhir pekan.
Hingga akhirnya, jenazah Ndifor dimakamkan di depan rumahnya di hari saat dirinya meninggal.
Salah satu pengikutnya, Robert Che mengatakan bahwa Ndifor berdoa untuknya dan para pasien lain yang dicurigai terinfeksi Covid-19.
Karena Ndifor telah meninggal dunia, Che tak tahu bagaimana jika ada orang yang terinfeksi virus corona dan harus berobat.
"Ini adalah pastor yang meletakkan tangan dan mengklaim dia bisa menyembuhkannya. Jadi, jika dia meninggal karena penyakit itu, bagaimana nasib penderita lainnya?" keluhnya.
"Sekarang dia sudah mati, aku tidak tahu bagaimana orang-orang yang dia layani akan disembuhkan," tambahnya.
Dari gambar yang beredar, terlihat para pengikut Ndifor berdoa begitu khusyuk hingga ada yang berbaring di tanah sembari berdoa untuk kebangkitan si pendeta.