Untuk menjawab kondisi itu mungkin perlu menengok 17 tahun ke belakang saat wabah sindrom pernapasan akut (SARS) yang parah terjadi pada tahun 2003.
Ketika itu, Taiwan adalah salah satu wilayah yang paling parah terkena dampaknya, bersama dengan Hong Kong dan Cina.
Lebih dari 150.000 orang dikarantina di pulau itu dan 181 orang dilaporkan tewas.
Taiwan mengambil banyak pelajaran dari peristiwa wabah tersebut.
Taiwan kemudian mulai menyusun sistem perawatan kesehatan kelas dunia, dengan cakupan universal.
Ketika berita tentang virus corona mulai muncul dari Wuhan menjelang Tahun Baru Imlek, para pejabat di Pusat Komando Kesehatan Nasional (NHCC) Taiwan bergerak cepat untuk menanggapi potensi ancaman.
Respon cepat Taiwan dalam menghadapi virus corona juga diteliti dan ditulis dalam laporan terbaru Journal of American Medical Association (JAMA).
"Taiwan dengan cepat menghasilkan dan mengimplementasikan daftar sedikitnya 124 item tindakan dalam lima minggu terakhir untuk melindungi kesehatan masyarakat," ujar Jason Wang, seorang dokter Taiwan dan profesor pediatri di Stanford Medicine, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN (7/4/2020).
Diprediksi bakal ada 400.000 kasus
Taiwan sudah bersiap dengan berbagai protokol, ketika negara-negara lain masih memperdebatkan apakah akan mengambil tindakan terkait virus corona.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada bulan Januari, Universitas Johns Hopkins mengatakan Taiwan adalah salah satu daerah paling berisiko di luar daratan China, karena kedekatannya, ikatan dan hubungan transportasi.