"Obat ini sudah dicoba oleh satu, dua, tiga negara, dan memberikan kesembuhan," terangnya.
Tapi tahukah menurut sebuah studi di AS pasien virus corona yang diobati dengan klorokuin rupanya lebih banyak yang meninggal daripada yang menjalani perawatan standar.
Hal itu diketahui dari laporan Daily Mail pada (22/4/2020), dimana sekitar 28% dari 368 veteran militer AS yang positif virus corona dan diobati dengan klorokuin meninggal dunia.
Sedangkan 11% veteran tersebut meninggal ketika mendapat perawatan standar, termasuk cairan IV dan intubasi untuk membantu mereka bernapas.
Baca Juga:Pandemi Belum Mereda, Denny Darko Malah Ungkap Hal ini Lebih Berbahaya Daripada Virus Corona, Apa?
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa penelitian kepada veteran militer di AS terinfeksi virus corona menunjukkan bahwa Chloroquine atau klorokuin tidak memberikan manfaat bagi pasien.
Studi nasional itu bukan eksperimen yang berskala besar namun menjadi pandangan awal tentang obat klorokuin.
Studi ini masih terhitung baru, dan diunggah dalam sebuah situs online, dan belum ditinjau oleh ilmuwan lain.
Pada hari Selasa (21/4/2020) NIH (Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat) memperingatkan bahwa penggunaan obat ini dikombinasikan dengan azitromisin bisa beracun untuk pasien Covid-19.
Panel para ahli dari NIH juga mengeluarkan rekomendasi bahwa penggunaan hydroxychloroquine /klorokuin tidak direkomendasi dicampur dengan antibiotik dengan alasan kekhawatiran akan toksisitas.
Para peneliti menganalisis catatan medis dari 368 veteran pria yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi Covid-19 yang dikonfirmasi di pusat medis Administrasi Kesehatan Veteran yang meninggal atau dipulangkan pada 11 April.