“Itulah yang dilakukan virus corona terhadap paru. Paru diisi oleh cairan yang membeku. Tidak ada lagi rongga atau pori tempat terjadinya pertukaran oksigen,” jelasnya.
Bagian paru yang mengalami kerusakan pertama kali adalah area pinggir.
Selanjutnya, infeksi melebar ke bagian tengah paru dan lama-kelamaan paru menjadi padat.
Beberapa penelitian menunjukkan pasien yang pernah terinfeksi Covid-19 mengalami kerusakan paru permanen.
David mengatakan hal ini bisa saja terjadi, tergantung kemampuan regenerasi paru masing-masing pasien.
“Beberapa studi dan otopsi memang menunjukkan Covid-19 menghasilkan kerusakan paru permanen. Tapi kesembuhan pasien sangat bergantung pada tingkat keparahannya. Ada kemungkinan jaringan paru tidak bisa sepenuhnya mencapai seperti sebelum sakit,” jelas David.
Pasien berusia lanjut lebih berisiko mengalami kerusakan paru permanen karena kemampuan regenerasi yang rendah.
Lain halnya dengan pasien berusia muda atau anak-anak yang masih dalam kondisi prima, sehingga regenerasi sel atau organ akan lebih cepat.
Selain usia, kemampuan regenerasi organ tubuh juga dipengaruhi beberapa faktor lainnya.