Striner mengatakan, aplikasi ini akan memberikan hasil false positive ketimbang false negative.
False positive akan menunjukan hasil yang mungkin saja positif namun bukan berarti seseorang benar-benar terinfeksi Covid-19, sehingga harus melakukan uji laboratorium.
Sementara, false negative mungkin saja menunjukan hasil negatif, tapi bukan berarti orang tersebut benar-benar tidak terinfeksi.
Akurasi belum teruji
Untuk sekarang, masih belum bisa dipastikan seberapa akurat aplikasi ini mendeteksi infeksi Covid-19.
Baik Striner dan Sigh mengatakan, apapun hasil tes dari aplikasi tidak bisa digunakan sebagai saran medis.
"Akurasinya belum bisa diuji saat ini karena kami belum melakukan uji coba terverifikasi yang diperlukan," kata Sigh.
Aplikasi tersebut juga masih dalam tahap pengembangan dan belum mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) maupun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Tujuan utama aplikasi ini adalah untuk mengumpulkan lebih banyak data suara baik dari orang yang terinfeksi maupun sehat untuk membuat algoritma semakin cerdas mendeteksi.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti Siapkan Aplikasi untuk Mendeteksi Covid-19 dari Suara Batuk")