GridHITS.id -Penyakit gangguan ginjal akut dan berbagi obat sirup yang ditarik paksa dari pasaran tengah menjadi perhatian masyarakat.
Awalnya dikabarkan 70 anak meninggal dunia di Gambia, Afrika lantaran gagal ginjal akut.
Melansir via Tribunnews.com dari Reuter penyebab terjadinya hal tersebutkemungkinan terkait dengan sirup obat batuk.
Pihak berwenang di Gambia mulai menyelidiki kasus cedera ginjal pada anak setelah sejak bulan Juli lalu.
Para dokter memperhatikan bahwa sejumlah anak mengalami gejala sesudah minum sirup parasetamolyang digunakanuntuk mengobati demam.
Pemerintah Gambia lantas memerintahkan importir dan toko untuk menahan peredaran atau penjualan semua merek sirup paracetamol.
Sedangkan di Indonesia, kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun terjadi peningkatan terutama dalam dua bulan terakhir.
Setelah diteliti obat sirup tersebutdiduga mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Sebagai informasi, EG dan DEG merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai zat pelarut pada obat sirup.
Lalu bagaimana bila anak sudah terlanjur meminum obat sirup yang dilarang?
Berikut penjelsan dari dr. Kanya Ayu Sp.A selaku dokter spesialis anak berbagi pendapatnya melalui Instagram pribadi miliknya @momdoc.id, Jumat (21/10/2022).
Baca Juga: Tak Perlu Obat Sirup! Begini Cara Menurunkan Demam Anak yang Ampuh
Salah satu langkah yang harus dilakukan ketika anak sudah terlanjut minum obat sirup adalah orang tua yang tak boleh terlalu panik.
Tips pertama daridr. Kanya Ayu adalah mengetahui gejala keracunan EG yang mungkin terjadi selama 72 jam setelah meminum obat sirup.
Gejala tersebut dibagi sebanyak tiga fase yakni sebagai berikut:
Stage 1:
Terjadi setidaknya dalam 30 menit sampai 1 jam, fungsi kesadaran saraf pusat "menurun", sehingga kesadaran tidak lagi sepenuhnya sadar.
Sakit kepala dan tidak bisa mengontrol gerakan tubuh.
Meningkatnya konsentrasi zat di dalam darah, sehingga tekanan osmotiknya meningkat.
Gejala saluran cerna, seperti diare, mual, dan muntah.
Stage 2:
Dalam 1 sampai 24 jam, perubahan kadar dan keseimbangan asam basa tubuh, darah menjadi lebih asam.
Gejalanya seperti napas ngos-ngosan, atau cepat dan dalam.
Laju nadi cepat, kebiruan pada bibir dan wajah, paru-paru bengkak "terendam" cairan serta sesak napas.
Stage 3:
Dalam 24 sampai 72 jam, mulailah ginjal kena imbasnya.
Gejalanya sakit di bagian tengah, kanan, kiri punggung belakang.
Produksi urin berkurang, bahkan sampai tidak ada sama sekali dalam 6-8 jam (saat siang hari).
Sel-sel ginjal mulai rusak dan terjadilah gagal ginjal akut.
Namun bila sudah lebih dari 72 jam sejak minum obat dan tak terjadi gejala apapun, berarti obat tersebut aman digunakan.
Meski aman digunakan, Anda tak perlu membeli obat yang baru.
Cukup gunakan yang sudah ada di rumah.
Bila ingin 'baru mau beli', sebaiknya ditunda sesuai dengan anjuran pemerintah dan diskusi dengan dokter anak masing-masing.
Tips kedua, bila sudah terlanjur diminum, cek nomor izin BPOM untuk ketahui produksi dari batch yang sama dengan obat yang dilarang atau tidak.
Bila berbeda, obat yang digunakan menurut dr. Kanya Ayu aman, namun tetap dipantau gejala-gejalannya.
Tips terakhir adalah jangan terlalu buru-buru memberi obat ketika anak sakit.
Memang pasti banyak hal yang membuat anak rewel, namun satu hal yang harus dipenuhi adalah kebutuhan cairan.
Jangan sampai anak dehidrasi sehingga cairannya sangat perlu diperhatikan.
Berikutlah tiga tips yang dikeluarkan oleh dr. Kanya Ayu Sp.A.
Namun untuk diperhatikan tips ini merupakan pendapat pribadi dari dr. Kanya Ayu Sp.A.
Untuk itu, demi memastikan lebih lanjut perlu dilakukan konsultasi dengan dokter anak masing-masing.
Sehingga anak aman dan juga hati ibu ikut tenang.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kasus Gagal Ginjal di Gambia, 70 Anak Meninggal Dunia Diduga Karena Obat Sirup