GridHITS.id - Ridwan Kamil memberikan sepatah kata di pemakaman Eril.
Jenazah Emmerik Kahn atau Eril putra sulung Ridwan Kamil telah dimakamkan.
Eril disemayamkan di makam keluarga di Cimaung Bandung pada hari ini Senin (13/6/2022).
Mengutip Kompas TV, Ribuanwarga lantunkan Lhailahaillallaahhh mengiringi jenazah Eril ke mobil jenazah, warga terlihat sangat ingin melihat secara dekat.
Tak hanya itu, bahkan tak sedikit warga yang menangis histeris saat mobil jenazah Eril melintas.
Ridwan Kamil terlihat sibuk memegang sekop untuk meratakan tanah di makam anak sulungnya.
Sementara itu di sisi kiri, terlihat ibunda Eril Atalia Prataya yang tengah memeluk Zahra yang tengah menangis menyaksikan kepergian sang kakak.
Bagaimana tidak, Zahra bahkan menjadi saksi saat Eril tergulung arus sungai Aare di Swiss kala itu.
Usai pemakaman dilakukan, Kang Emil sapaan akrabnya pun memberikan sedikit sambutan.
"Assalamualaikum wr wb
tidak ada satupun daun yg jatuh ranting yang patah kecuali atas izin Allahatas nama alm Emmeril Kahn saya yang pertama menghaturkan terimakasih kepada bapakPresiden Joko Widodo, Ma'ruf Aminserta para menteri , forkopinda Jabar Bandung,kepada keluarga sanak saudara kami yang selalu hadir dan mendoakan.
Kepada teman dan sahabat Eril dansahabatkami orangtuanya, alim ulama dan seluruh hadirin.
Jika ada janji dan komitmen belum tunai segera menghubungi kami untuk diselesaikan.
selama 14 hari Allah memberikan waktu kepada kita untuk bertafakur, Allah memberikan petunjuk untuk mengambil pelajaran dari apa yg kita lihat.
"Eril diiringi diiringi jutaan doa.
izinkan saya menyampaikan hikmah kepergian Eril
14 hari bisa terasa pendek dalam kehidupan rutin tapi14 hari inimenjadi begitu panjang bagi kami'
waktu adalah rahasia Allah yang mustahil dipecahkan apalagi soal kelahiran dan kematian.
Akhirnya kami menerimanya dengan lapang, dalam rentang 14 hari yang sejujurnya melelahkan namun kami menerima banyak pelajaran dan kearifan.
Tentangkehidupan Eril yang rasanya singkat tapi jika dicermati sangat padat dan manfaat.
23 tahun mungkin belum cukup untuk mnghadirkan karya-karya besar namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yg dicintai dg akbar.
Kami memahami tentang hidup yang bukan hanya soal lamanya hidup tapi tiap hela nafas yang digunakan utk hal2 baik.
kami mengikhlaskan eril pergi krn kami akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amalnya utk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya.
Kami sebenarnya sudah menyiapkan hati kalau kami tidak akan pernah melihat jasadnya, bukankah Eril lahir di New York yg jauh di seberang maka kenapa tidak jika ia wafat di Swiss yang juga jauh disana?
Bukanhkah tiap jengkal tanah adalah mjilik Allah, jutaan doa yang dipanjatkan dari seluruh negeri membuat kami yakin bahwa kepergiannya disambut baik langit dan bumi.
Bagaimana kami tidak merasa dilimpahi jika jenazah yang 14 hari di air ini masih utuh, itulah adanya mukjizat," tutup Ridwan Kamil.