Pandemi Belum Usai, WHO Peringatkan Kemunculan Virus Marburg yang Berbahaya Mirip Ebola, Berpotensi Menular dan Menyebar seperti Corona

Kamis, 12 Agustus 2021 | 20:45
Pixabay

Kemunculan virus Marburg yang berasal dari kelelawar Rousettus.

GridHITS.id - Belum juga pandemi Covid-19 berakhir, kini dunia dikagetkan dengan kemunculan virus Marburg yang mirip Ebola, berpotensi menyebar luas.

WHO peringatkan adanya virus Marburg yang dianggap menular dan bisa menyebabkan gejala serupa demam berdarah.

Risiko kematian akibat virus tersebut hampir 88 persen.

Wabah ini terkait dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda.

Dalam informasi yang ditulis di laman resmi WHO, virus Marburg berasal dari famili yang sama dengan virus Ebola.

Virus Marburg baru-baru ini terdeteksi negara Guinea, Afrika Barat.

Penularan virus Marburg ke manusia bisa terjadi karena kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.

Setelah seseorang terinfeksi virus, Marburg dapat menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan.

Baca Juga: Sudah Masuk ke Indonesia, Ini Fakta Virus Corona Varian Delta Plus: 'Lebih Berbahaya, Lebih Cepat Menginfeksi dan Lebih Potensial Menyerang Paru-paru'

Gejala

Gejala infeksi virus Marburg dimulai dari demam tinggi, sakit kepala parah dan malaise parah.

Mereka yang terinfeksi juga bisa mengalami diare kronis, perut dan kram, mual dan muntah dapat dimulai pada hari ketiga setelah infeksi.

Diare bisa bertahan selama seminggu.

Pada fase ini, mata pasien terlihat cekung, wajah tanpa ekspresi, dan mengalami kelesuan yang ekstrem.

Selain itu, pasien juga bisa mengalami ruam tanpa gatal pada hari kedua dan ketujuh setelah timbulnya gejala.

Banyak pasien mengalami gejala berat setelah tujuh hari infeksi.

Pendarahan bisa terjadi di hidung, gusi, dan area vagina.

Selama fase penyakit yang parah, pasien mengalami demam tinggi.

Virus tersebut juga memengaruhi sistem saraf pusat yang mengakibatkan kebingungan, lekas marah dan agresi.

Pada fase akhir, yaitu hari ke 15 setelah terinfeksi, pasien juga bisa mengalami orchitis atau radang testis.

Dalam kasus yang fatal, kematian biasanya terjadi antara hari kedelapan dan sembilan hari setelah onset atau awal terjadinya penyakit, biasanya didahului dengan kehilangan darah yang parah dan syok.

Baca Juga: Jangan Dilakukan Lagi, Minum Air Kelapa Hijau Campur Jeruk Nipis Tak Bisa Sembuhkan Covid-19 Malah Sebabkan Penyakit Baru yang Bikin Nyawa Pasien Terancam

Cara mengatasi

Belum ada pengobatan yang terbukti tersedia untuk infeksi virus Marburg.

Namun, berbagai perawatan potensial termasuk produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat saat ini sedang dievaluasi.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka yang terinfeksi, perawatan bisa dilakukan melalui rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dan pengobatan gejala spesifik.

Sulit untuk membedakan secara klinis penyakit virus Marburg (MVD) dari penyakit menular lainnya seperti malaria, demam tifoid, shigellosis, meningitis dan demam berdarah virus lainnya.

Namun, deteksi infeksi virus Marburg bisa dilakukan dengan serangkaian tes seperti berikut:

antibodi terkait enzim immunosorbent assay (ELISA);

tes deteksi antigen;

tes netralisasi serum;

uji reaksi berantai polimerase transkriptase balik (RT-PCR); dan

isolasi virus dengan kultur sel.

Baca Juga: Wajib Dicatat! Ini yang Perlu Dilakukan Pasca Sembuh dari Covid-19

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul WHO Peringatkan Adanya Virus Marburg yang Berbahaya, Begini Gejalanya

Tag

Editor : Saeful Imam

Sumber Kompas.com