Dulu Koar-koar Ingin Keluar Indonesia, Kini Warga Timor Leste Berurai Air Mata di Depan Tentara Australia hingga Ungkap Pernyataan Mengejutkan: 'Lebih Baik Mati di Tempat Lain Ketimbang Hidup di Negara Sendiri'

Kamis, 05 Agustus 2021 | 21:39
freepik.com

ilustrasi bendera Timor Leste

GridHITS.id - Timor Leste dulunya adalah bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Sejak 1976 Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia sebagai provinsi ke 27.

Secara resmi Timor Leste menjadi negara merdeka pada 20 Mei 2002 setelah referendum yang menghasilkan 78,5 pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia.

Sejak saat itu Timor Leste resmi melepaskan diri menjadi negara merdeka.

Namun tak berselang lama setelah memproklamirkan kemerdekaan, Timor Leste justru mengalami krisis hebat.

Bahkan rakyat di Bumi Lorosae tersebut sampai dibuat murka pada pemerintah.

Pada tahun 2006 sampai 2007 bahkan penduduk Timor Leste sampai terlibat bentrok dengan pasukan militer bersenjata.

Warga Timor Leste berurai air mata di depan tentara Australia hingga ungkap pernyataan mengejutkan.

Seperti dimuat GridHOT.id gelombang kemarahan rakyat Timor Leste bahkan memuncak saat Februari 2007.

Baca Juga: Bikin Heboh Usai 21 Tahun Silam Bangga Bisa Lepas dalam Referendum Konflik Berdarah, Kini Timor Leste Mengemis Uluran Tangan Indonesia, Xanana Gusmao: 'Sekarang Kami Tidak Punya Apa-apa'

Tak main-main rakyat bahkan sampai melakukan aksi perlawanan terhadap pemerintah secara besar-besaran.

Kondisi yang panas justru semakin memanas saat Perdana Menteri Xanana Gusmao memerintah untuk menangkap Alfredo Reinano.

Krisis yang terjadi di Timor Leste pada 2007 tersebut dilatar belakangi karena masalah pangan.

Pemerintah Timor Leste dianggap telah gagal untuk menyediakan kebutuhan pangan untuk rakyat.

Imbas kekecewaan pada pemerintah tersebut yang kemudian memicu gelombang kekerasan.

Penduduk Dili sampai berusaha melakukan penjarahan dengan dengan jumlah yang tidak sedikit, yakni sampai 700 ton.

Muncul kecurigaan dari penduduk Dili jika pemerintah memang sengaja untuk menahan beras dari pasar.

Dengan rencana menggunakan distribusi beras sebagai alat untuk mengamankan kemenangan Fretilin dalam pemilihan mendatang.

Mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri yang diturunkan jabatannya pada Juni 2006 menyatakan bahwa krisis beras adalah konspirasi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan pemerintah yang didominasi Fretilin.

Baca Juga: Dulu Koar-koar Ingin Keluar karena Punya Kekayaan Alami Ratusan Triliun, Timor Leste Dikabarkan Ingin Kembali ke Pelukan NKRI Usai Jadi Negara Miskin, Denny Siregar: Makan Tuh Gombalan Australia!

Sedangkan untuk anggota komunitas bisnis menyalahkan krisis karena adanya kekurangan di pasar Internasional.

Disebutkan jika Timor Leste adalah prioritas rendah bagi pemasok beras regional yang memilih untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar baik dari Indonesia dan Filipina.

Di mana harga juga telah melonjak selama 2 tahun terakhir.

Dikenal rawan terhadap masalah pangan, Timor Leste mulai mengalami keluhan saat musim hujan bahkan dikenal sebagai musim lapar.

Untuk mengatasi masalah ini, penduduk Timor Leste beralih untuk mengandalkan komoditas lain seperti beras, jagung, hingga umbi-umbian.

Pemerintah Timor Leste bahkan menyebut jika saat itu negara membutuhkan 83.000 metrik ton beras.

Dari kebutuhan 83.000 metrik ton beras yang dibutuhkan saat itu Kementerian Pertanian menghitung produksi dalam negeri hanya 40.000 metrik ton.

Biaya yang tinggi untuk input dan upah yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perkiraan saat ini sebesar 40.000 metrik ton per tahun tidak realistis.

Sedangkan rakyat Timor Leste sendiri mengaku mengalami kekosongan beras dalam 2 minggu.

Dijelaskan jika adanya kekurangan beras tersebut bukan merupakan konspirasi untuk mendeskreditkan pemerintah atau rencana pemerintah untuk memenangkan pemilu 2007.

Baca Juga: Dulu Koar-koar Pengin Pisah dari Indonesia karena Punya Dana Ratusan Triliun, Kini Timor Leste Jadi Negara Miskin Bahkan Xanana Gusmao Prediksi Akan Jadi Negara Mati 10 tahun Lagi

Semua indikasi bahwa program ketahanan pangan Kementerian Pembangunan telah melibatkan kurangnya transparansi.

Negara tidak memiliki kapasitas untuk menyalurkan beras kepada penduduk secara adil dan efisien dengan mengambil beras.

Kondisi saat itu di Dili tangisan anak-anak yang kelaparan sampai menyulut amarah dan keputusasaan.

Saat kerumunan pria berkumpul di dekat National Logistics Center, tentara Australia yang membawa senjata mendekati seorang pemuda yang tinggal di dekat situ mencari informasi.

Saat ditanya perihal kondisi yang sedang dialami, ayah dengan 3 anak itu pun menjelaskan apa yang terjadi.

"Seseorang mungkin pernah menjadi pahlawan selama perjuangan kemerdekaan, tetapi hari ini dia bisa menjadi pengkhianat," terangnya.

Terus menangis, bahkan pria tersebut mengaku sampai ingin meninggalkan Timor Leste.

Ia berkata jika dia bisa meninggalkan Timor Leste akan lebih baik mati di tempat lain daripada hidup seperti ini di negaranya sendiri.

Baca Juga: Dapat Cap Pelakor, Krisdayanti Menyesal Ternyata Ditipu Raul Lemos Sampai Disebut Keblinger Suami Orang oleh Sang Mantan Istri Pengusaha Timor Leste: 'Saya Pasrah'

Tag

Editor : Saeful Imam

Sumber GridHot.ID