Miris, Pria yang Harus Isolasi Mandiri Karena Positif Covid-19 Malah Diikat dan Dipukuli Ramai-ramai Bak Binatang, Keluarga Langsung Tuntut Keadilan

Minggu, 25 Juli 2021 | 10:25
Instagram/jhosua_lubis

pria di Sumatera Utara dipukuli bak binatang oleh warga sekitar saat isolasi mandiri karena Covid-19

GridHITS.id -Miris, hanya itulah kata yang bisa menggambarkan kejadian yangdialami Salamat Sianipar (45), warga Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Saat banyak daerah lain yang menjaga dan membantu tetangganya yang sedang melakukan isolasi mandiri akibat sakit Covid-19, Salamat Sianipar justru menanggung trauma berat.

Salamat dianiaya oleh warga sekitar bak binatang.

Pria ini diikat dan dipukuli beramai-ramai menggunakan bilah bambu tanpa diberi ampun.

Padahal, apa salah Salamat? Dia hanya menjalankan kewajibannya untuk isolasi mandiri lantaran terpapar Covid-19.

Kabar buruk ini viral di media sosial usai video penganiayaan tersebut diunggah oleh salah satu kerabat Salamat Sianipar.

Baca Juga: Sudah Tutup 1,5 Tahun Karena Rugi Besar Akibat Pandemi, Hotel Bintang 3 Milik Youtuber Ini Akan Digratiskan Jadi Lokasi Isolasi Mandiri: 'Daripada Tidak Ada Fungsinya'

Keponakan korban, Jhosua saat dikonfirmasi membenarkan adanya aksi penganiayaan terhadap pamannya itu.

Menurutnya, warga di sekitar awalnya menolak pamannya melakukan isolasi mandiri di rumah karena takut akan menularkan virus.

"Awalnya karena tulang (paman) saya dinyatakan positif Covid-19. Kemudian isolasi mandiri di rumah, namun ada penolakan dari masyarakat setempat," kata Jhosua, Sabtu (24/7/2021).

Warga yang marah pada Salamat lantas menyiksa pria malang ini dengan membabi buta.

Salamat diseret paksa lalu diikat dan dipukuli beramai-ramai.

Padahal, saat kejadian itu Salamat diketahui sedang berjuang melawan sakit akibat Covid-19.

"Tulang saya diikat, diseret dan dipukul masyarakat seperti binatang," kata dia.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Belum Pernah Kena Covid-19 Sampai Sekarang, Dr Tirta Ungkap Penyebabnya karena Hal Ini: 'Covid Mana Suka Sama Lu'

"Saya ingin kejadian itu diproses secara hukum. Karena sudah sangat tidak manusiawi," kata Jhosua.

Usai dipukuli ramai-ramai, Salamat berhasil melarikan diri dan sembunyi di tengah sawah kosong.

Menurut Jhosua, pamannya itu sangat trauma sehingga tidak berani beranjak dari tempatnya.

Salamat bersembunyi di tengah sawah dengan kondisi lemah usai dipukuli.

Beruntung, perwakilan dari organisasi PBB Tobasa akhirnya menemukan Salamat dan mengevakuasinya.

Saat ini, Salamat sudah berada di bawah perlindungan PBB Tobasa.

Kasus penganiayaan terhadap Salamat juga sudah dilaporkan ke pihak kepolisian.

Kepala Bidang Penerangan Masyarakat (Kabid Penmas) Kepolisian Daerah Sumatera Utara, AKBP MP Nainggolan saat dikonfirmasi sudah mengetahui informasi tersebut.

Saat ini, pihaknya sudah melakukan pendalaman penyelidikan untuk mengusut kasus penganiayaan itu.

"Benar (kejadiannya), sudah ditangani Polres Toba. Saya sudah bicara dengan Kasubbag Humas, LP sudah diterima dan akan diproses," ungkap Nainggolan.

Baca Juga: Setelah Isolasi Mandiri Tidak Perlu Lakukan Tes Swab PCR, Amati 2 Tanda Ini untuk Yakin Bahwa Pasien Sudah Sembuh dari Covid-19

Tag

Editor : Averus Al Kautsar

Sumber Kompas.com, Instagram