Miris! Amukan Gelombang Covid-19 Makin Tinggi, Masyarakat Tak Mampu di Jakarta Hidup Dalam Ketidakberdayaan Sampai Meregang Nyawa di Rumah Sendiri

Kamis, 15 Juli 2021 | 11:31
https://pixabay.com/photos/vietnam-asia-can-tho-river-hut-1614471/

Masyarakat miskin Jakarta sulit mendapatkan akses pertolongan hingga meninggal sesak napas di rumah sendiri.

GridHITS.id -Di tengah amukan gelombang Covid-19 yang semakin tinggi dan diperpanjangnya PPKM Darurat, ternyata terdapat cerita miris yang terjadi di bagian lain Jakarta.

Pada Rabu (14/7/2021), Indonesia kembali mencatatkan rekor penambahan kasus harian Covid-19, yakni di angka 54.517.

Penambahan terbanyak ada di Ibu Kota Jakarta dengan 12.667 kasus.

Kondisi ini tentu merugikan bagi banyak pihak, terutamamasyarakat miskin berada di garis kemiskinan.

Beberapa masyarakatmiskin di Jakarta Utara bahkan harus berbagi tabung oksigenlantaran langkanya persediaan dan tidak adanya uang untuk membeli.

Kekuatan finansial pun merosot jauh semenjak pemberlakuan penutupan tempat usaha.

Tak hanya itu, padatnya pemukiman juga berdampak pada sulitnya akses pertolongan.

Bantuan Sosial Tunai yang akan datang di minggu ketiga Bulan Juli inidisinyalir tidak banyak berdampak lantaran ditenggarai tidak dapat menggapai semua akses penerima.

Baca Juga: Setelah Viral Menyanyikan Lagu Welcome to Indonesia, Kiky Saputri Menuai Pro dan Kontra Netizen

Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Eny Rochayati mengatakan, masyarakat yang tinggal di kampung-kampung Jakarta, salah satunya di Jakarta Utara, kini hidup dalam ketidakberdayaan.

Warga bertahan tanpa nafkah hingga ada yang meninggal sesak napas tanpa teridentifikasi secara medis penyebab kematian tersebut.

”Kejadian kematiannya tinggi sekali. Setiap hari, ada kematian, paling tidak itu dua orang. Gejalanya sama, sesak napas,” kata Eny, dilansir dari Kompas.id.

Mereka yang meninggal itu, ada yang hanya bertahan di rumah hingga meregang nyawa.

Sebagian warga meninggal setelah ditolak rumah sakit karena kapasitas ruang perawatan penuh.

Upaya menolong warga yang menderita sesak napas dengan bantuan tabung oksigen dan oksigen juga tak mudah dilakukan para pengurus dan anggota JRMK.

Eny dalam minggu ini mencoba membantu warga yang membutuhkan oksigen setelah berhasil mendapatkan pinjaman tabung oksigen dari aktivis kemanusiaan, Sandiyawan Sumardi.

Namun, untuk mengisi oksigen pun sangat sulit.

"Kami sudah dapat link dari mana-mana."

Baca Juga: Usai Tak Beri Contoh kepada Warga karena Gelar Hajatan Saat PPKM, Lurah Pancoran Mas ini Bernasib Tragis

"Tapi saat coba dilacak oleh keluarga, tidak ada, semua kosong."

"Lalu, ketika dapat oksigen, antrenya seharian."

"Bisa dibayangkan, orang dalam keadaan sesak napas menunggu oksigen sampai seharian, padahal hitungan menit saja sudah megap-megap," kata Eny.

Di wilayah padat penduduk Penjaringan, satu tabung oksigen yang didapatkan dari Sandiyawan digunakan bergilir oleh warga setempat.

Jelas saja, satu tabung itu sama sekali tak cukup untuk melayani kebutuhan orang-orang yang menderita sesak napas.

Saat satu warga masih menggunakan tabung itu, warga lain juga mengiba mendapatkan giliran karena mengalami sesak napas.

"Sementara banyak yang teriak, butuh tabung," katanya.

Menurut Eny, warga yang menderita sakit sebagian memutuskan bertahan di rumah tanpa mengakses layanan kesehatan karena ada ketakutan tersendiri apabila menjalani tes usap.

Bagi warga, jika sakit dan dipastikan positif Covid-19, itu berarti mereka harus menjalani perawatan di rumah sakit dan tak bisa bertemu keluarga.

Baca Juga: 8 Anggota Dishub Dipecat Setelah Nongkrong Saat PPKM, Ini yang Memberatkan Mereka

Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul Warga Miskin Ibu Kota Bertahan dengan Secuil Asa dan Sedikit Nafkah

Tag

Editor : Rachel Anastasia Agustina

Sumber kompas.id