GridHITS.id - Selama masa pandemi COVID-19 ini, sains menjadi pemberi harapan di seluruh dunia.
Berkat sains, kita dapat menemukan bagaimana cara kerja virus dan mengembangkan vaksin dalam waktu yang singkat berdasarkan pengalaman dari tahun ke tahun atas riset dan ekplorasi sains sebelumnya.
Tidak mengherankan, peningkatan akan harapan ini adalah kesimpulan yang ditemukan dalam laporan State of Science Index (SOSI) tahun ini.
SOSI adalah sebuah studi tahunan yang dilakukan lembaga pihak ketiga bekerja sama dengan 3M sebagai perusahaan sains global untuk meneliti pandangan masyarakat terhadap sains.
Studi ini dilakukan dari Februari hingga Maret 2021 dengan melibatkan 17.000 responden, naik 14.000 responden dari studi tahun sebelumnya dan hal ini menjadikan studi kami menjadi studi dengan sumber data terbanyak hingga saat ini.
Berdasarkan hasil studi SOSI, sains telah membawa harapan baru di Kawasan Asia-Pasifik (APAC).
Saat perhatian beralih ke vaksin, masyarakat di Asia Pasifik mengandalkan sains untuk membantu memulihkan dan menata kembali kehidupan.
Baca Juga:Jarang Diketahui, Inilah 3 Manfaat Tersembunyi Vaksinasi Covid-19
Sebanyak 91% responden di wilayah APAC mengatakan bahwa sains memberi harapan baru untuk masa depan, dan 90% berharap sains dapat membawa perubahan yang lebih baik di 2021.
Dimana ada harapan, disitu ada kepercayaan
“Selain harapan, kami juga menemukan bahwa tren kepercayaan akan sains semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari 91% responden Asia-Pasifik yang saat ini percaya pada sains diikuti dengan 86% yang percaya pada ilmuwan.
Ini adalah tingkat kepercayaan pada sains tertinggi sejak SOSI pertama kali diselenggarakan pada 2018 lalu.” kata Kevin McGuigan, Vice President and Managing Director, 3M South East Asia Region and Country Leader, Singapore.
Masyarakat juga menunjukan dukungannya pada sains. Hal ini bisa dilihat dari 60% masyarakat di APAC percaya bahwa sains sangat penting bagi kehidupan sehari-hari mereka saat ini.
Angka tersebut lebih tinggi ketimbang rata-rata global yang menunjukan angka 56%.
Selain itu, masyarakat juga menunjukan pandangan yang berbeda, 73% masyarakat di APAC mengatakan bahwa mereka akan membela sains ketika orang lain mempertanyakannya.
Ini menjadi sangat penting terutama untuk mengatasi misinformasi dan narasi yang bertentangan yang berkaitan dengan pandemi atau vaksin.
Efek Spillover terhadap keberlanjutan.
Berlawanan dari kepercayaan yang sedang popular, pandemi ternyata tidak berdampak buruk terhadap perubahan iklim.
Justru sebaliknya, COVID-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim bahkan jauh melebihi negara lain di dunia.
Sebanyak 82% masyarakat di APAC mengatakan bahwa pandemi telah membuat mereka lebih sadar lingkungan, lima persen lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata secara global.
Ditambah, adanya kesadaran akan urgensi seputar perubahan iklim dikarenakan 90% masyarakat setuju untuk menghadirkan solusi yang lebih baik dalam mengurangi dampak perubahan iklim perlu segera dilakukan.
Selain itu, 89% masyarakat di APAC percaya bahwa orang harus mengikuti sains agar dapat menciptakan dunia yang berkelanjutan.
Hal ini disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Bulan Januari lalu, pemerintah merilis rencana pembangunan berkelanjutan pertama di Indonesia.
Bersama dengan indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), pengurangan angka kemiskinan, dan tingkat lapangan kerja, terdapat hal yang tidak kalah penting yakni emisi gas rumah kaca.
Sebagaimana ini adalah langkah penting Indonesia sebagai bagian dari negara dengan ekonomi terbesar di dunia .
Apakah hal ini akan bertahan?
Sains telah menjadi bagian masyarakat dan akan menjadi solusi tantangan terberat yang kita hadapi.
Hal ini disetujui oleh sebagian besar responden yang mengikuti studi sebelumnya.
Masyarakat di kawasan APAC telah mengambil langkah perubahan dalam apresiasi mereka terhadap sains dan kami melihat telah banyak orang yang berani melangkah untuk sains.
Tetapi ini saja belum cukup, masih banyak hal yang perlu dilakukan.
Sebanyak 89% masyarakat di kawasan APAC percaya kita perlu meningkatkan keragaman dan inklusi dalam bidang seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Selanjutnya, 91% percaya bahwa perusahaan harus memainkan peran kunci dalam meningkatkan keragaman dalam bidang STEM.
Ketika varian baru dari COVID-19 ditemukan dan diikuti dengan meningkatnya gelombang penularan, sulit untuk memprediksi kapan pandemi ini akan benar-benar berakhir.
Dengan hanya pengalaman satu tahun kebelakang, masih terlalu dini untuk memprediksi apakah minat baru kita terhadap sains ini akan bertahan untuk kedepannya.
29% masyarakat di APAC tidak yakin atau tidak percaya bahwa bahwa apresiasi kita terhadap sains ini tidak akan berlanjut.
Meskipun angka ini lebih rendah dari rata-rata masyarakat global yakni 41%, tetap angka ini merupakan angka yang mengkhawatirkan.
Kepercayaan dan apresiasi terhadap sains adalah kunci untuk memerangi misinformasi seputar COVID-19 dan vaksin yang beredar.
Tentunya ini akan memiliki implikasi serius pada seberapa cepat kita akan dapat menemukan solusi dari pandemi ini.
Oleh karena itu, dukungan pada sains perlu dilanjutkan.
Perusahaan memainkan peran inti dalam memperjuangkan sains
Disinilah perusahaan dan petinggi bisnis lainnya memainkan peran mereka untuk mengajak orang lebih bergantung pada sains.
Salah satunya adalah dengan memberikan akses pendidikan dibidang STEM yang berkualitas untuk masyarakat.
Di Indonesia sendiri, 3M telah meluncurkan kompetisi sains yang bertajuk “3M Science Games” dan diperuntukan pada anak sekolah dasar pada tahun lalu.
Program ini dirancang untuk meningkatkan serta mendorong pembelajaran dibidang STEM dan menyoroti pentingnya pembelajaran sains sejak usia muda serta menunjukan dampak dari sains yang melipah dalam kehidupan sehari-hari kita.
Baca Juga:Kerap Terjadi Selama Pandemi, Ini Dia Kunci Menghindari Stres dan Rasa Cemas, Jangan Diabaikan!
Selain itu, di Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, 3M telah memperjuangkan sains dan inovasi melalui kompetisi “3M Inspire Challenge”.
Kompetisi ini merupakan kompetisi tingkat regional yang diperuntukan bagi mahasiswa dari seluruh jurusan dan program studi untuk mencitakan solusi bertemakan teknologi, inovasi, dan keberlanjutan.
“3M tahu persis pentingnya sains.
Setelah mereka menggunakan sains untuk mengembangkan produk dan solusi yang lebih baik, membangun fasilitas yang lebih baik serta mengoptimalkan model bisnis, perusahaan dengan perputaran bisnis di dalamnya akan memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki untuk memperjuangkan sains.
Saya yakin, kami akan melanjutkan momentum yang baik ini untuk menciptakan masa depan yang lebih aman, hijau, kuat, dan lebih adil di Asia Tenggara dan sekitarnya.” tutup Kevin.