Akhirnya Terungkap Sudah, Peneliti Bongkar Penyebab Suhu Lebih Dingin di Kota-kota Besar Indonesia Termasuk Jakarta, Fenomena ini Sedang Berlangsung

Minggu, 04 Juli 2021 | 10:00
Kompas.com

Ilustrasi planet Bumi

GridHITS.id-Awal Juli ini, akan ada fenomena yang cukup unik di Bumi.

Ya, fenomena itu adalah Aphelion yang dialami bumi beberapa waktu belakangan ini.

Aphelion, dalam astronomi, titik dalam orbit planet, komet, atau benda lain yang paling jauh dari Matahari.

Saat Bumi berada di aphelion pada awal Juli ini, jaraknya sekitar 4.800.000 km (3.000.000 mil) lebih jauh dari Matahari daripada saat berada di perihelion pada awal Januari.

Efek dari fenomena ini yang mungkin bisa dirasakan oleh manusia awam adalah suhu udara yang lebih dingin dalam waktu belakangan ini.

Peneliti Pusat Sains dan Antariksa Lapan Andi Pangerang menjelaskan, Aphelion merupakan fenomena di mana posisi Bumi berada pada titik terjauh dengan Matahari.

Hal ini dikarenakan orbit Bumi tidak sepenuhnya lingkaran sempurna, tetapi berbentuk elips.

Baca Juga: Bak Lautan Darah, Geger Fenomena Banjir Merah di Wilayah Pekalongan Jawa Tengah, Lurah Menduga Bukan Akibat Limbah Batik Tapi Hal Ini

"Karena berbentuk elips, setiap tahunnya Bumi berada pada jarak terdekat dengan Matahari (yang disebut Perihelion) yang terjadi setiap Januari, dan berada pada jarak terjauh dari Matahari (yang disebut sebagai Aphelion) yang terjadi setiap bulan Juli," ujar Andi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/7/2021).

Andi menambahkan, fenomena Aphelion ini bakal terjadi pada 6 Juli 2021 pukul 05.27 WIB atau 06.27 Wita atau 07.27 WIT.

Dampaknya ke Bumi

Secara umum, kejadian Aphelion tidak menimbulkan dampak yang signifikan pada Bumi.

Lantaran terjadi pada pertengahan tahun, ketika siklus ini memasuki musim kemarau di Indonesia membuat suhu dingin saat pagi hari yang terjadi belakangan ini.

"Kejadian ini nanti berlangsung sampai dengan Agustus, dan merupakan hal yang biasa pada musim kemarau," ujar Andi.

Menurutnya, dinginnya suhu di pagi hari saat musim kemarau dikarenakan tutupan awan yang sedikit.

Dengan demikian, tidak ada panas dari permukaan Bumi (yang diserap dari cahaya Matahari dan dilepaskan pada malam hari) yang dipantulkan kembali ke permukaan Bumi oleh awan.

Mengingat posisi Matahari saat ini berada di utara, tekanan udara di belahan utara lebih rendah dibanding belahan selatan yang mengalami musim dingin.

Oleh karena itu, angin bertiup dari arah selatan menuju utara dan saat ini angin yang bertiup tersebut berasal dari arah Australia yang mengalami musim dingin.

Baca Juga: Arti Mimpi Bencana Alam, Jadi Tanda Bahaya sedang Mengancam?

Dampaknya yakni efek penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang terletak di selatan khatulistiwa yang saat ini sedang terjadi.

Tak pengaruhi panas Matahari

Sementara itu, posisi Bumi yang berada titik dari Matahari juga tidak memengaruhi panas yang diterima Bumi.

Sebab, panas dari Matahari terdistribusi ke seluruh Bumi, dengan distribusi yang paling signifikan memengaruhi disebabkan oleh pola angin.

"Mengingat saat ini angin bertiup dari arah selatan yang musim dingin, maka kita akan merasakan suhu yang lebih dingin," ujar Andi.

"Terlebih, diameter tampak Matahari akan terlihat sedikit lebih kecil dibandingkan rata-rata, yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen," lanjut dia.

Baca Juga: Singgung Soal Fenomena Alam La Nina, Denny Darko Ungkapkan Akan Ada Gelombang Air Dahsyat Menghantam Indonesia Pada Bulan Desember Hingga Beri Peringatan Keras Bagi Warga Jakarta

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Fenomena Aphelion 6 Juli, Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari, Apa Dampaknya?

Tag

Editor : Saeful Imam

Sumber Kompas.com