Kasus Bayi Rachel Maryam Penuh Noda dan Lapisan Putih Jadi Sorotan hingga Dikabarkan Koma Usai Melahirkan Caesar, Spesialis Obstetri & Ginekologi Beri Penjelasan
GridHITS.id - Baru-baru ini ada kabar gembira dari sosok pemain film Janji Joni dan Arisan, Rachel Maryam.
Ya, Rachel Maryam baru saja melahirkan bayi laki-laki secara caesar setelah 8 tahun penantian panjang.
Dalam unggahan yang beredar, kondisi bayi Rachel Maryam yang lahir secara caesar penuh bercak putih jadi sorotan.
Dalam unggahan artis sekaligus politisi Gerindra Mulan Jameela terlihat pemain sinetron Janji Joni dan Arisan itu melihat bayinya yang baru lahir penuh haru.
Dalam komentar, banyak warganet yang menanyakan muka bayi Rachel Maryam yang dipenuhi bercak, noda, dan lapisan putih.
Lapisan putih itu terlihat memenuhi seluruh muka sang bayiyangmasih menggunakan selimut dan penutup kepala itu.
Melansir dari GridHITS,lapisan lemak putih yang menyelimuti kulit wajah, bahkan mungkin tubuh bayi mungil itu bernamavernix caseosa.
Apakah gangguan bernama vernix caseosa itu? Ternyata itu bukan gangguan atau penyakit, tetapi keadaan normal yang dialami bayi.
Bahkan, gumpalan lemak itu bermanfaat bagi bayi itu sendiri yang dijelaskan seorang warganet bernama ikke_allycia dalam unggahan tersebut.
Terkait kasus Rachel Maryam yang melahirkan secara caesar hingga dikabarkan sempat koma tersebut, spesialis Obstetri & Ginekologi memberikan penjelasannya.
Namun sebelumnya, kabar Rachel Maryam sempat koma saat melahirkan bayi laki-lakinya sempat diluruskan sang adik.
Lebih lanjut, sang adik pun sempat mengungkap kondisi terkini Rachel Maryam yang sedang dalam tahap pemulihan.
"Menanggapi berita yang beredar mengenai kakak saya Rachel Maryam, kondisi Teteh saat ini jauh lebih baik dan juga dalam tahap pemulihan," ujar adik Rachel Maryam, Tamara Aisyah Yidina yang dilansir dari Kompas.com.
Melansir dari Kompas.com, Dokter spesialis Obstetri & Ginekologi sekaligus dekan di Fakultas Kedokteran Universitas Bandung, DR. dr. Wawang S. Sukarya, Sp.OG (K), MARS, MH.Kes menjelaskan, tujuan dari operasi seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu dan/atau anak.
Dengan kata lain langkah tersebut untuk mencegah kematian ibu dan/atau anak, karena kemungkinan akan terjadi komplikasi bila persalinan itu berlangsung melalui jalan lahir atau persalinan normal.
Ada pun indikasi kesehatan yang menjadi dasar pelaksanaan operasi bedah ini bisa berasal dari sang ibu, bisa juga ada pada janin di dalam kandungan.
Berikut ini indikasi-indikasi yang dimaksud, berdasarkan penjelasan dr. Wawang terkait kondisi ibu dan janin.
Indikasi kondisi ibu:
- Panggul sempit absolut
- Kegagalan melahirkan secara normal, karena rahim kurang kuat berkontraksi walau telah diberi obat pemicu kontraksi
- Tumor-tumor di jalan lahir yang menyebabkan obstruksi (jalan lahir terhalang/tersumbat)
- Stenosis serviks atau vagina (tertutupnya vagina atau leher rahim)
- Placenta previa (plasenta menutupi jalan lahir)
- Disproporsi sefalopelvik (besar kepala bayi dan panggul ibu tidak seimbang)
- Ruptura uteri membakat (ancaman robekan rahim).
Indikasi kondisi janin:
- Kelainan letak (misal posisi janin dalam rahim melintang)
- Gawat janin (pernafasan bayi di atas 160 atau bahkan di atas 180 kali/menit)
- Prolapsus umbilikalis (tali pusat keluar mendahului bayi)
- Bayi besar (> 4 kg)
- Mencegah hipoksia janin (janin kekurangan oksigen), misal karena preeklampsia (tekanan darah tinggi yang menyertai kehamilan)
Tindakan medis ini dinilai lebih aman untuk dilakukan, apabila ada kondisi medis yang tidak mendukung dilakukannya persalinan normal dengan kemajuan ilmu kedokteran di masa sekarang.
Seperti meningkatnya perawatan pra dan pasca-bedah, penemuan antiobiotika dengan spektrum luas untuk mencegah dan mengobati infeksi, transfusi darah untuk mengatasi syok, dan kemajuan teknik anestesi (pembiusan).
"Kemajuan teknik operasi, perkembangan ilmu perinatologi, serta bertambahnya tenaga terlatih," Wawang memaparkan sejumlah kemajuan yang dimaksud.
Dengan kondisi seperti sekarang ini, maka tindakan dan indikasi bedah caesar menjadi lebih aman dan luas, dibandingkan dengan tindakan yang sama di masa lalu.
Akan tetapi, operasi ini bukannya tidak memiliki risiko sama sekali yakni memilikirisiko yang paling nyata adalah saat ibu akan kembali melahirkan di kehamilan selanjutnya.
"Pada kehamilan berikutnya terutama waktu melahirkan, maka pada ibu-ibu yang pernah operasi sesar mempunyai risiko yang meningkat, karena adanya parut pada rahim yang merupakan titik lemah," kata Wawang.
Oleh karena itu, di proses persalinan kehamilan selanjutnya, hanya tenaga profesional lah yang boleh menanganinya, yakni dokter di bidang spesialisasi obstetri dan ginekologi.