Tak Tersorot, Inilah Sosok Inggit Garnasih Salah Satu Istri Soekarno yang Setia Menemani Saat Masa-masa Tersulit Sang Proklamator Namun Memilih Pisah Daripada Dimadu

Sabtu, 06 Juni 2020 | 20:52
Bangka Pos

Inggit Garnasih dan Soekarno

Tak Tersorot, Inilah Sosok Inggit Garnasih Salah Satu Istri Soekarno yang Setia Menemani Saat Masa-masa Tersulit Sang Proklamator Namun Memilih Pisah Daripada Dimadu

GridHits.id - Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dikenal sebagai sosok yang disegani.

Bung Karno diketahui memiliki pemikiran yang luas, cerdas, pandai bergaul, flamboyan serta kharismatik.

Di samping sejarah perjuangannya terhadap kemerdekaan Indonesia, kisah-kisah cinta proklamator yang lahir 6 Juni 1901 dengan nama Kusno itu juga menjadi cerita yang menarik.

Baca Juga: Kekhawatiran Jokowi Akan Datangnya Gelombang Kedua Covid-19 Seakan jadi Nyata, Bandara Soekarno Hatta Dapatkan 40 Penumpang Positif Corona Mendarat di Indonesia

Baca Juga: Parkir Mobil Bertahun-tahun Tak Diambil, Tagihan Parkir Mobil-mobil Lebihi Harga Mobilnya Sendiri, Polisi Geleng-geleng Kepala Saat Tahu Pemiliknya

Bung Karno diketahui menikah dengan 9 istri di antaranya Siti Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, Kartini Manoppo dan Herdy Djafar.

Namun sosok yang mendampingi Soekarno pada masa-masa susah sebelum kemerdekaan adalah Inggit Garnasih.

Inggit, menikah dengan pemuda Soekarno setelah bercerai dengan Haji Sanusi.

Sedangkan Soekarno saat itu mahasiswa TH di Bandung juga menceraikan Oetari, putri dari HOS Cokroaminoto.

Keduanya menikah pada tahun 1923, saat itu usia Inggit lebih tua 12-13 tahun. Namun dalam surat nikah disebutkan, Soekarno berusia 24 tahun dan Ny Garnasih, janda empat bulan, berusia 23 tahun.

Dalam kartu penduduknya dan batu nisannya tercatat tanggal lahirnya 17 Februari 1888.

Baca Juga: Sebelumnya Jadi Pengawal Presiden Soekarno, Pria Ini Kini Hanya Mampu Duduk Sembari Jajakan Koran Demi Sesuap Nasi

Baca Juga: Tampan dan Kebule-bulean, Paras Cucu Soekarno Ini Jarang Tersorot Media, Lihat Kisahnya di Sini!

Tetapi seperti kebanyakan penduduk Indonesia saat itu, tidak banyak yang mencatat tanggal kelahirannya.

Meskipun demikian, yang bisa dipasti-kan adalah, Inggit lahir pada hari Sabtu.

Dikutip dari Harian Kompas, 10 Nevemer 1997, pasangan Inggit Garnasih yang dipanggil Soekarno dengan julukan "Enggit" dan Soekarno dengan panggilan "Kusno", melewati saat-saat paling sulit pada awal perjuangan merebut kemerdekaan.

Sejarah mencatat, Soekarno beberapa kali dijebloskan ke penjara lalu dibuang ke Flores dan Bengkulu.

Namun sejarah tidak pernah mencatat, bagaimana "Enggit" tetap setia mendampingi suaminya dan memberinya semangat.

Peranan Inggit Garnasih sebagai istri, tenggelam oleh kehebatan suaminya.

Padahal pada saat-saat lelah, pada saat-saat Soekarno bimbang, Inggit Garnasih tampil bukan hanya sebagai istri yang bisa membahagiakan suaminya.

Tetapi ia juga mampu memberikan inspirasi, dan semangat, dengan keyakinan ySoekarno bahwa bangsa Indonesia merebut kemerdekaan, akan tercapai.

Baca Juga: Jangan Kaget, Kondisi Indonesia Tahun ini Pernah Diramal Mantan Presiden Soeharto Sebelum Meninggal

Baca Juga: Koreografer dan Manajer Artis Legendaris Indonesia, Wawan Soeharto Tutup Usia

"Dalam periode kehidupanku selanjutnya, Inggit sangat penting bagiku. Dia adalah ilhamku. Dia adalah pendorongku. Dan dalam waktu dekat aku memerlukan semua ini," ujar Soekarno dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Inggit memang tidak setengah-setengah mendukung semangat suaminya.

Ia bersedia jalan kaki pergi-pulang Bandung-Sukamiskin ketika suami-nya ditahan di penjara Sukamiskin.

Masih sambil berjualan kecil-kecilan untuk menopang hidupnya.

Sebagai seorang istri yang tahu siapa suaminya, Inggit masih tetap mendampingi suaminya ketika dibuang ke Flores lalu dipindah ke Bengkulu.

Baca juga: Soekarno, Kehadiran Inggit Garnasih, dan Kecemburuan Siti Oetari

Mengantarkan Soekarno ke gerbang kemerdekaanNamun nasib rupanya menentukan lain.

Ketika saat-saat yang dinantikan tiba, di tempat terakhir ini pulalah pasangan ini harus berpisah, betapa pun ia sangat mencintai Soekarno.

Inggit kembali ke Bandung karena sikap dan pendiriannya yang teguh tidak mau dimadu, beberapa saat sebelum suaminya memimpin bangsa Indonesia.

Inggit hanya mengantarkan Soekarno ke gerbang kemerdekaan Republik Indonesia, persis seperti judul biografinya yang ditulis Ramadhan KH.

Walau demikian, dalam beberapa kali pertemuan, Inggit memperlihatkan cintanya yang tulus kepada Soekarno tak pernah pupus. Ia menyatakan selalu berdoa untuk Soekarno.

Pada tanggal 13 April 1984 ia dipanggil kehadirat Illahi.

Inggit meninggal dengan tenang dan dimakamkan di pemakaman umum Babakan Ciparay, Kodya Bandung.

Editor : Saeful Imam

Sumber : KOMPAS.com

Baca Lainnya