Jangan Senang Dulu Kasus Corona Melambat, Ahli dari UI Peringatkan Keras Pemerintah Soal 3 Faktor Ini Sebelum Benar-benar Longgarkan PSBB

Rabu, 13 Mei 2020 | 19:45
Pixabay.com

Ilustrasi virus corona

GridHITS.id – Belakangan ini, beredar kabar pemerintah akan melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kabar tersebut muncul karena jumlah kasus Covid-19 di Indonesia sempat mengalami perlambatan selama beberapa hari.

Berkaitan dengan hal tersebut, Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, pun mengungkapkan pandangannya.

Baca Juga: Bak Mukjizat, Belum Genap Seminggu PSBB Diberlakukan, Ridwan Kamil Sebut Penularan Virus Corona di Jawa Barat Sudah Menurun Drastis: ‘Alhamdulillah...’

Baca Juga: Heboh Kabar Pelonggaran PSBB, Sekjen MUI Angkat Bicara Hingga Minta Pertanggung Jawaban Pemerintah: Pertanggung Jawabkan Secara Ilmiah!

Mengutip dari Kompas.com, Pandu mengatakan pemerintah sebaiknya tidak terburu-buru melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hanya karena kasus Covid-19 melambat beberapa hari.

Jika ingin melonggarkan PSBB, Pandu menyebutkan, setidaknya ada tiga indikator yang dapat dilihat pemerintah sebelum melonggarkan PSBB.

"Pertama, indikator epidemiologi. Kasus positif Covid-19 menurun, pasien dalam pengawasan (PDP) menurun, kematian menurun. Itu selama observasi paling tidak dua minggu," ujar Pandu, Rabu (13/5/2020) siang.

Indikator kedua, yakni kapasitas tes Covid-19 yang dilancarkan pemerintah.

Pandu menilai, turunnya jumlah kasus Covid-19 harus dipastikan bukan karena lemahnya kemampuan tes dan deteksi pemerintah.

Baca Juga: Tak Berlakukan PSBB, Pemerintah Bali Beberkan Kunci Rahasia Bisa Menang Lawan Virus Corona, Apa Itu?

Baca Juga: Wacana Kelonggaran PSBB Ramai dan Mencuat, Salah Satu Anggota DPR Justru Menolak Keras dan Menilai Belum Saatnya: Berbeda dengan Ekspetasi jokowi

Pasalnya, berdasarkan data Worldometers, saat ini Indonesia hanya mampu memeriksa 0,6 orang per 1.000 penduduk.

Sebagai perbandingan, Filipina mampu memeriksa 1,6 orang per 1.000 penduduk, Malaysia 8 orang, dan Amerika Serikat 29 orang.

"Jadi nanti jangan penurunan kasusnya karena berkurangnya testing. Testing ini harus terus meningkat," kata Pandu.

"Indikator tes meningkat apa? Tidak boleh ada antrean sampel lagi. Kasus ditemukan kemarin, hari ini (hasilnya) keluar. Jadi, jeda tes hanya sehari. Semua PDP dan ODP sudah bisa diperiksa dalam waktu singkat," jelasnya.

Indikator ketiga, pemerintah harus mampu menjamin bahwa sistem layanan kesehatan jauh lebih kuat ketimbang sekarang.

Bercermin dari pengalaman beberapa negara yang telah melonggarkan lockdown seperti Jerman, China, dan Korea Selatan, ada peluang munculnya gelombang kedua pandemi Covid-19.

Baca Juga: Bisa Ditiru Semua Daerah, Bali Punya Strategi Jitu Atasi Corona Tanpa PSBB, Gubernur Bali : Tingkat Kesembuhan di Atas 50 Persen, Kematian 1 Persen

Baca Juga: Tiap Perbatasan Dijaga Ketat Polisi karena PSBB, ini Siasat Youtuber Ferdian Paleka Tembus Barikade Hingga Bisa Bepergian dari Bandung ke Palembang

"Ketersediaan rumah sakit, alat kesehatan, APD, dokter, dan puskesmas cukup. Ini baru kalau sudah terpenuhi semua baru namanya pelonggaran bertahap, tidak sekaligus," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Epidemiolog: PSBB Bisa Dilonggarkan jika Kasus Covid-19 Menurun dan Kapasitas Tes Meningkat".

Tag

Editor : Ratnaningtyas Winahyu

Sumber Kompas.com