Jokowi Janji Berikan Bantuan Uang Tunai. Kepala Desa Ramai-ramai Menolak, Ini Alasan Mereka

Minggu, 19 April 2020 | 09:00
YouTube Sekretariat Presiden

Jokowi akan berikan bantuan tunai langsung, tapi banyak kepala desa menolak.

Jokowi Janji Berikan Bantuan Uang Tunai. Kepala Desa Ramai-ramai Menolak, Ini Alasan Mereka

GridHITS.id - Imbas corona yang tengah mewabah menyerang berbagai sektor, termasuk ekonomi masyarakat.

Banyak masyarakat yang kekurangan bahkan menjadi pengangguran karena corona.

Kesehatan mereka pun terancam.

Melihat banyak warganya demikian, Presiden sempat umumkan akan berikan bantuan sosial bagi warga kurang mampu.

Bantuan tersebut akan diberikan dalam 2 jenis yaitu sembako dan bantuan langsung tunai.

Baca Juga:Baru Saja Ditangkap Polisi, Ketua RT Penolak Jenazah Perawat Kembali Dilanda Musibah Baru, Apa?

Baca Juga:Peneliti ITB : Bila Pemerintah DKI Jakarta Ambil Kebijakan ini, Korban Covid-19 Tak Akan Mencapai Angka Puluhan Ribu

Baik Sembakomaupun bantuan langsung tunai akan diberikan dengan nominal Rp600.000.

Hanya saja untuk sembako dalam bentuk kebutuhan sehari-hari, sementara bantuan langsung tunai dalam bentuk uang.

Untuk bantuan langsung tunai akan diberikan kepada masyarakat yang berdomisili di luar Jabodetabek.

Bantuan tersebut diberikan guna membantu masyarakat menjalankan keseharian akibat terdampak virus corona.

Namun, secaramengejutkan sejumlah kepala desa justru tidak mau menyalurkan program bantuan tunai tersebut.

Hal itu diungkapkan oleh Bupati Garut, Rudy Gunawan kepadaKompas.com.

Pasalnya pembagian bantuan langsung tunai tersebut dianggap akan menuai konflik antar masyarakat.

“BLT yang Rp 600.000 itu, juga akan jadi konflik," ungkap Rudy kepadaKompas.com, Jumat (17/4/2020).

Ia mengakui sejumlah kepala desa sudah menyatakan ketidaksediaannya untuk menyalurkan bantuan tersebut

"Beberapa desa sudah menyatakan tidak mau menyalurkan BLT karena dananya tidak cukup. Kalau dikasih pasti terjadi konflik di daerah,” lanjutnya.

Konflik yang dikhawatirkan terjadi yaitu adanya protes dari warga yang tidak menerima bantuan.

Kalau puntetap ingindiberikan bantuan langsung tunai, kepala desa menginginkan dibagikan secara rata kepada seluruh warganya.

Baca Juga:Dulu Dihujat karena Sering Menikah Setingan, Kini Artis ini Nikahi Pengusaha Kaya dan Bisa Ngungsi ke Pulau Terpencil karena Takut Corona

Baca Juga:Hampir Satu Bulan Menjalani Masa Karantina, Sarwendah Tiba-Tiba Curahkan Kondisi Tak Terduga Ruben Onsu di Tengah Wabah Virus Corona, Ada Apa?

“Desa maunya jangan Rp 600.000, Rp 200.000 bagi rata saja, tapi itu kan melanggar aturan,” kata Rudy.

Rudy pun menyatakan bahwa pemerintah kabupaten Garut tengah menghitung anggaran untuk penanganan Covid-19.

“Di satu sisi kita harusrefocusinguntuk Covid-19, di sisi lain harus ada efisiensi hingga mencapai Rp 340 miliar dana dari pusat ditarik,” ujar Rudy.

Di samping itu Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengaku bahwa penolakan penyaluran bantuan langsung tunai tersebut juga dikarenakan banyaknya program bantuan yang belum turun sejauh ini.

“Kita sudah mengimbau agar jangan panik, tapi yang terjadi di lapangan seperti itu,” ujar Helmi.

Di Garut sendiri terdapat 450.000 kepala keluarga yang terkena dampak wabah virus corona yang nantinya akan mendapatkanberbagai program bantuan.

“Kita mengharapkan semua program-program tersebut bisa mengatasi 450.000 KK yang terdampak langsung sesuai ajuan dari desa,” ujar Helmi.

Asisten Daerah I Sekretaris Daerah kabupaten Garut, Nurdin Yanamengaku bahwa 450.000 kepala keluarga tersebut akan menerima bantuan.

“Selama tidak ada penerima ganda, kalau berdasarkan hitung-hitungan statistik, harusnya semua bisater-cover,”kata Nurdin.

Baca Juga:Jangan Langsung Santap, Makanan Kiriman Ojol Berpotensi Tularkan Virus Corona, ini Tip Supaya Tetap Aman dan Sehat!

Baca Juga:Pandemi Belum Mereda, Denny Darko Malah Ungkap Hal ini Lebih Berbahaya Daripada Virus Corona, Apa?

Bahkan Nurdin menambahkan bahwa beberapa kepala keluarga sudah mendapatkan program bantuan secara rutin melalui program Bantuan Pangan Non-Tunai dan Program Keluarga Harapan.

“185.000 KK sudah menjadi penerima BPNT, kemudian ada program perluasan BPNT yang jumlahnya 125.000 KK, jadi ditambah,” ujar Nurdin.

Di Jawa Barat sendiri akan mendapatkan kuota sekitar 1 juta kepala keluarga untuk bantuan langsung tunai dari Kementerian Sosial.

NantinyaKabupaten Garut terdapat 50.000 kepala keluarga yang akan mendapatkan bantuan langsung tunai.

“Makanya sekarang kita sedang berupaya agar tidak sampai ada penerima ganda dalam program ini,”ujar Nurdin.

Artikel ini pernah ditulis di Nakita.id dengan judul :Presiden Janjikan Bantuan Langsung Tunai, Sejumlah Kepala Desa Ini Justru Menolak Menyalurkan, Bupati Garut Beberkan Alasannya

Editor : Saeful Imam

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya