Mentahkan Semua Ramalan, Ahli ini Ungkap Kemungkinan Puncak Corona Terjadi di Bulan Ramadan, Angkanya Berlipat!

Sabtu, 04 April 2020 | 20:31
Pixabay

Prediksi anak indigo dan paranormal dibantah BIN, corona akan berakhir pada bulan Juli.

GridHITS.id - Wabah corona masih merajalela.

Sampai saat ini angka penderitanya terus merangkak naik.

Badan Intelijen Negara ( BIN) memprediksi masa puncak persebaran virus corona di Indonesia terjadi pada Mei mendatang.'

Sedangkan bulan Mei sendiri adalah bulan Ramadan, bahkan di akhir Mei kita akan menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Baca Juga:Ekonom Faisal Basri :"Ongkos Lockdown 2 Minggu Lebih Murah Daripada Wabah Corona Menyebar Tak Terperikan!"

Baca Juga:Gelah Penikahan di Tengah Pandemi Corona, Feni Rose Harus Tunda Resepsi Sang Anak

Deputi V BIN Afini Noer mengatakan, prediksi tersebut berdasarkan hasil simulasi pemodelan pemerintah terhadap data pasien Covid-19.

"Kalau kami hitung-hitung, masa puncak itu mungkin jatuhnya di bulan Mei, berdasarkan pemodelan ini," ujar Afini dalam diskusi "Bersama Melawan Corona" di Jakarta, Jumat (13/3/2020).

Ia menjelaskan, hasil simulasi pemodelan menyatakan bahwa masa puncak persebaran virus corona di Indonesia terjadi dalam 60-80 hari sejak kasus pertama terkonfirmasi.

Kasus positif virus corona pertama di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020.

Maka, berdasarkan simulasi, masa puncak terjadi pada Mei 2020.

"Dari pemodelan yang ada, kami memperkirakan bahwa masa puncak di Indonesia itu akan berlaku 60 sampai 80 hari sejak infeksi pertama," kata Afini.

Dia menjelaskan, pemodelan yang dibuat pemerintah ini merujuk pada pemodelan pemerintah China dan Inggris. Afini memaparkan pemodelan dibuat berdasarkan data pasien suspected (terduga), infected (terinfeksi), dan recovered (sembuh).

Baca Juga:Ramalannya Jarang Meleset, Terawangan Mbak You Soal Kapan Berakhirnya Virus Corona Ini Justru Bikin Nyesek

Baca Juga:Pandemi Corona Berdampak Pada Perekonomian Rakyat, Jokowi Beri Keringanan Cicilan Untuk Ojol dan Pengusaha Menengah

Menurut Afini, melalui hasil simulasi pemodelan ini, pemerintah bisa menyiapkan langkah-langkah antisipatif agar persebaran virus corona tidak meluas.

"Kalau langkah-langkah maksimal, bisa tidak mencapai itu dan grafiknya tidak terlalu tinggi," ujarnya.

"Tentu kami berharap dengan model ini bisa membuat langkah-langkah antisipatif," kata Afini.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengingatkan agar masyarakat tidak beraktivitas di luar rumah untuk mencegah penyebaran virus corona.

Menurut dia, tetap tinggal di rumah merupakan solusi terbaik untuk memutus rantai penularan Covid-19.

"Dari hari ke hari ini yang jadi kekhawatiran kita karena penularan terus terjadi. Kami harapkan ini menjadi perhatian kita bersama. Kita jadikan ini titik pangkal pencegahan Covid-19. Tetap tinggal di rumah adalah jawaban terbaik," kata Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (4/4/2020).

Baca Juga:Dianggap Kuat dan Mematikan, Ternyata Virus Corona Dapat Lenyap Dengan Benda ini!

Baca Juga:Andrea Dian Bongkar Tenaga Medis yang Kewalahan Tangani Penderita Corona, 'Pasien Membeludak'

Yuri menjelaskan, saat ini kasus penularan banyak terjadi dari orang tanpa gangguan (OTG), yang merasa dirinya sehat.

Karena itu, dia menegaskan agar pembatasan sosial diterapkan dengan baik oleh masyarakat.

"Karena di satu sisi orang tersebut tidak mengalami keluhan apapun dan di sisi lain banyak masyarakat yang belum melaksanakan dengan benar ketentuan physical distancing," tuturnya.

Ia pun kembali mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan perjalanan mudik atau perjalanan ke tempat-tempat lain selama pandemi virus corona.

Yuri mengatakan, virus corona tersebar karena pergerakan manusia.

"Karena itu kita harapkan tidak melakukan perjalanan kemana pun. Bukan hanya soal pulang kampung, melainkan melakukan perjalanan ke keluarga lain, kota lain, atau tempat lain," ucapnya.

"Itu memiliki risiko besar terjadinya penularan. Ini adalah kunci keberhasilan memutus rantai penularan," kata Yuri.

Hingga Sabtu (4/4/2020) pukul 12.00 WIB, pemerintah mengonfirmasi penambahan 106 kasus positif Covid-19.

Baca Juga:Bak Punya Firasat, Mbah Mijan Mendadak Peringatkan Masyarakat Indonesia untuk Buru-buru Lakukan Hal Ini Sebelum Korban Virus Corona Makin Meroket Tajam, Ada Apa?

Baca Juga:Ingin Lakukan Rapid Test Corona? Ini Jejaring Laboratoriumnya di 34 Provinsi

Dengan demikian, total pasien Covid-19 mencapai 2.092 orang.

Kemudian, terdapat penambahan 10 kasus meninggal dunia.

Total pasien Covid-19 meninggal yakni 191 orang.

Sementara itu, pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh bertambah 16 orang dan totalnya menjadi 150 orang sampai saat ini.

"Kita bersyukur ada 16 saudara kita yang sudah sembuh, sehingga bisa dipulangkan. Saat ini total pasien sembuh 150 orang," kata Yuri.

PREDIKSI AKAN ADA 100 RIBU KASUS

Pada kesempatan terpisah, dikutip dari kontan.com, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan prediksi penyebaran virus corona atau (Covid-19) hingga Juli 2020.

Ia mengatakan, berdasarkan hasil kajian Badan Intelijen Negara (BIN), estimasi jumlah kasus pasien positif Covid-19 hingga akhir Juli bisa mencapai angka 106.278 kasus.

Menurut dia, hasil kajian tersebut akurat. Bahkan, dalam slide presentasi yang dipaparkan dalam rapat virtual dengan Komisi IX DPR, Kamis (2/4/2020), tertulis akurasi prediksi jumlah kasus pada Mei mencapai 99 persen.

Sambungnya, ia mengatakan bahwa dalam kajian BIN sebelumnya, diperkirakan akan ada 1.577 kasus Covid-19 pada akhir Maret. Dan dalam kenyataannya, terdapat 1.528 orang yang positif terinfeksi virus corona.

"Estimasi jumlah kasus di akhir Maret adalah 1.577 dan ini akurat," kata Doni.

Lebih lanjut, ia mengatakan untuk kasus Covid-19 hingga April diperkirakan sebanyak 27.307 orang.

Kasus tersebut mengalami lonjakan drastis pada akhir Mei yang diprediksi mencapai 95.451 orang.

Sementara itu, untuk prediksi akhir Juni dan akhir Juli masing-masing diestimasi sebanyak 105.765 orang dan 106.287.

Selain itu, dalam paparan yang disampaikan Doni, tertulis bahwa terdapat 50 kabupaten/kota prioritas dari 100 kabupaten yang memiliki tingkat risiko tinggi dengan 49 persen di antaranya berada di Pulau Jawa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jubir Pemerintah: Tetap Tinggal di Rumah Adalah Solusi Terbaik Cegah Penyebaran Covid-19"

Editor : Saeful Imam

Sumber : kompas

Baca Lainnya