Lantas Parto pun berusaha menyingkirkan pertanda sial itu dengan membuang anaknya.
"Saya buang. Gue orang Jawa, kita pegang adat Jawa. Anak gue nomor 2 itu lahir Senin pon, saya juga Senin pon," ujarnya.
Parto pun menjelaskan bahwa dalam adat Jawa itu tidak boleh ada anggota keluarga yang memiliki weton sama.
"Dalam adat Jawa itu tidak boleh sama, pasti ada yang kalah (sakit atau meninggal). Mau percaya atau tidak."
Namun Parto menerangkan tindakan itu bukan membuang anak sungguhan.
Ia hanya akan 'membuang' sementara sampai ada yang 'memungut' si anak.
Setelah ada yang memungut anaknya, Parto akan meminta izin untuk mengambil pada si pemungut.
"Jadi anak yang nomor 2 itu dulu saya ke Jogja, saya taruh di pinggir jalan. Mertua yang ambil, mertua RT 1."
"Begitu diambil, saya samperin, 'Bu, boleh tidak saya ambil anaknya, saya bayar Rp100 ribu."
"Caca pun begitu, Caca begitu. Begitu pulang dari rumah sakit, dibawa ke mertua, ke rumah."