Secara spesifik, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Rockefeller University (AS), antibodi dari 14 orang yang divaksinasi setelah terinfeksi Covid-19 mampu menetralkan 6 strain SARS-CoV-2.
Termasuk Delta dan Aeta, dan banyak virus terkait lainnya seperti SARS-CoV-1 (virus pertama kali ditemukan pada tahun 2003).
Dengan kata lain, antibodi "fleksibel" ini bahkan menetralisir banyak virus lain.
Sementara itu, antibodi dari orang yang sudah divaksinasi tetapi belum tertular Covid-19 atau yang belum divaksin 'tidak berdaya' terhadap beberapa virus atau varian di atas.
"Orang dengan kekebalan campuran cenderung relatif terlindungi dari sebagian besar dan mungkin semua galur SARS-CoV-2 yang dapat kami deteksi dalam waktu dekat. Orang-orang ini juga memiliki tingkat kekebalan tertentu terhadap virus mirip SARS di masa depan,” Paul Bieniasz ahli virologi dari Universitas Rockefeller.
Studi lain menemukan bahwa orang sehat yang sebelumnya memiliki Covid-19 dan menerima 1 dosis vaksin memiliki tingkat antibodi tinggi.
Yaitu antara 6 hingga 100 kali lebih tinggi daripada mereka yang menerima 1 atau 2 dosis, atau mereka yang sebelumnya memiliki Covid-19 dan tidak divaksinasi.
The Telegraph baru saja menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa hingga sepertiga orang yang telah terinfeksi virus SARS-CoV-2 sama sekali tidak menghasilkan antibodi.
Walaupun begitu, perlu diingat juga bahwa vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia dan dapat segera dijangkau.
Jadi segera lakukan vaksinasi dengan vaksin yang sudah tersedia, apapun mereknya.