Tukul Arwana merintis karier dengan susah payah dan tak mudah.
Tukul pernah mengalami jatuh bangun, berada di roda paling bawah kehidupan hingga mencapai puncak popularitas.
Sejak menikah dengan Susiana pada 1995, bermodalkan nekad, Tukul pun memutuskan mengadu nasib ke Jakarta bersama istrinya.
Saat merantau dari Semarang ke Jakarta, Tukul datang bersama mendiang istrinya, Susiana.
Saat berada di Jakarta, Tukul harus banting tulang untuk mencari nafkah.
Ia bahkan rela menjadi supir angkutan kota dengan penghasilan tak pasti.
Tak heran, suatu saat ia pernah bercerita kepada media, pola makannya berantakan.
Tidak seperti orang normal yang dapat makan tiga kali sehari.
Lebih sering mendapatkan makan sekali sehari, dengan waktu yang tak tentu, kadang siang, kadang malam baru dapat makan.
Ia juga mengatakan sering berutang ke warung.
Tempat tinggalnya pun sederhana,Tukul dan istri pun tinggal di sebuah rumah kontrakan dengan harga sewa Rp 150.000 per bulan.