GridHITS.id -Menteri Penerangan era Presiden Soeharto, Harmoko tutup usia di umur 82 tahun.
Kabar wafatnya Harmoko memang tidak terduga sertaPenyebab kematiannya sampai saat ini masih belum diketahui, meski begitu dari kabar terakhir pemakaman mantan Menteri Penerangan ini menggunakan protokoler Covid-19.
Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Letnan Jenderal TNI Albertus Budi Sulistya mengatakan, pemulasaraan jenazah mantan Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko, dilakukan melalui prosedur Covid-19.
"Pemulasaraan jenazah secara Covid-19," ujar Budi kepada Kompas.com,
Sebelumnya, Harmoko sempat dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto pada Minggu (4/7/2021).
"Innalillahi wa innailaihi rojiun telah meninggal dunia Bpk. H. Harmoko bin Asmoprawiro pada hari Minggu 4 Juli pada jm 20:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto."
"Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau dan mohon doanya insya Allah beliau husnul khotimah. Aamiin YRA," dilansir Tribunnews.com.
Harmoko dikenal sebagai sosok Orang Dekat sekaligus tokoh yang meminta Soeharto agar mundur dari jabatan presiden pada masa krisis moneter 1998.
Berkarir sebagai jurnalis hingga menjadi politikus terkenal bangsa Indonesia.
Bukan hanya itu, ia juga menjadi politikus dan Ketua MPR RI yang sekaligus meminta Soeharto mundur dari jabatan presiden karena desakan rakyat Indonesia kala krisis ekonomi moneter.
Harmoko menjadi Menteri Penerangan Republik Indonesia pada era Orde Baru selama 3 periode berturut-turut dari tahun 1983 hingga tahun 1997.
Selain itu, pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 7 Februari 1939 itu juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar dari tahun 1993 selama 5 tahun.
Karirnya sebelum terjun di dunia politik, pada awalnya Harmoko merupakan seorang wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka setelah lulus dari sekolah menengah.
Kemudian pada tahun 1964 mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini juga pernah menjadi wartawan di Harian Angkatan Bersenjata.
Dan tepat pada 16 April 1970 bersama rekan-rekannya, Harmoko mendirikan Harian Pos Kota.
Dalammasa kepemimpinannya, oplah Post Kota meningkat hingga mencapai 200.000 eksemplar pada tahun 1983.
Kredibelitas Harmoko membuatnya dilirik Presiden Soeharto hingga akhirnya ia berhasil menjabat sebagai Menteri Penerangan RI selama 14 tahun sejak 1983.
Selama menjabat sebagai Menteri, dapat dikatakan Harmoko menjadi salah satu orang kepercayaan ke-2 Presiden Soeharto.
Baca Juga: Meninggal karena Corona, Ini Profil Ki Manteb Sudharsono, Pelopor Wayang Modern
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga sosok dibalik pembredelan Tempo, DeTik, dan Editor dengan tujuan demi kestabilan pemerintahan.
Kembali terpilih, ternyata gejolak akibat krisis moneter semakin menjadi hingga terjadi kerusuhan Mei 1998.
Hal tak terduga terjadi tanggal 18 Mei 1998. Harmoko mengeluarkan keterangan pers dan meminta supaya Presiden Soeharto mundur.
“Demi persatuan dan kesatuan Bangsa pimpinan DPR baik Ketua maupun Wakil Ketua, mengharapkan presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana,” ucap Harmoko kala itu.
Hal tersebut yang memicu ketegangan antara keluarga Cendana Soeharto dan Harmoko.
Mereka pun tidak pernah bertatap muka lagi hingga tahun 2008 Harmoko menjenguk Soeharto di RSPP dan menjadi pertemuan yang terakhir sebelum Soeharto meninggal.
Setelah tumbangnya Orde Baru (Orba) dan lahirnya Era Reformasi nama Harmoko tak muncul lagi dalam aktivitas politik.
Tak lama muncul, Harmoko mulai aktif kembali dengan dunia lamanya yakni tulis menulis.
Harmoko sesekali menulis di kolom Ngopi Pos Kota. Pada tahun 2016, Harmoko mengalami penurunan kesehatan karena kerusakan saraf motorik otak belakang.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tutup Usia, Ini Profil Harmoko Menteri Era Soeharto: Meniti Karier dari Jurnalis Hingga Politisi