Namun demikian hanya sembilan spesies tikus saja yang menjadi hama.
Dari sembilan spesies tersebut, hanya Rattus norvegicus (tikus riul), Rattus rattus diardii (tikus rumah) dan Mus musculus (mencit rumah) yang bersifat kosmopolit (dapat hidup dan berkembang di seluruh dunia).
“Tiga tikus inilah yang sering kita jumpai di rumah dan sering mengganggu aktivitas kita di rumah,” papar Swastiko dirangkum dari laman IPB.
Sebagai langkah awal pengendalian tikus, dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman itu menyarankan untuk melakukan inspeksi tanda kehadiran tikus di rumah.
Inspeksi tersebut, kata dia, dapat dilakukan mulai dari melihat feses atau kotoran, kerusakan yang ditimbulkan, sarang tikus, suara tikus, jejak kaki dan ekor tikus, tanda atau noda olesan, jalan tikus, serta urin dan ekskresi bau baik yang hidup maupun yang sudah mati.
Sementara pengendalian tikus, lanjut dia, dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Di area rumah atau permukiman, Swastiko mengandalkan teknik sanitasi, fisik-mekanis dan kimiawi untuk mengendalikan tikus.
1. Tidak menumpuk sampah makanan
Kegiatan sanitasi, kata dia, dapat dilakukan dengan membersihkan berbagai macam pemicu munculnya tikus terutama sumber daya tikus.
Sumber daya tikus itu adalah makanan dan sarang yang menjadi komponen utama, karena tikus akan menghuni suatu habitat karena di habitat tersebut tersedia makanan dan sarang.
“Kalau pengendalian mekanis, yang efektif kita terapkan adalah mencegah tikus supaya tidak masuk ke dalam bangunan. Dengan cara menutup rapat celah-celah yang ada di bangunan dengan bahan yang kuat yang tidak dapat digerogoti tikus terutama bahan logam,” jelas Swastiko.