Bukan tanpa alasan, pernyataan tersebut dikeluarkan atas dasar-dasar.
Dilihat dari puing pesawat yang tersebar di wilayah sebesar 80 meter dan panjang 110 meter pada kedalaman 16 sampai 23 meter.
Puing-puing yang ditemukan lengkap, mewakili seluruh bagian pesawat dari depan hingga belakang.
Adapun puing-puing tersebut, yaitu instrumen dari ruang kemudi ada beberapa bagian roda pendarat utama, bagian sayap, bagian dari mesin, bagian dari kabin penumpang, dan bagian dari ekor.
“Luas sebaran yang ditemukan pesawat dari depan sampai belakang konsisten dengan bukti bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air,”
Soerjanto juga mengatakan bahwa temuan turbin pesawat juga menunjukkan konsistensi bahwa mesin masih dalam keadaan hidup sebelum membentur permukaan air.
“Ini diindikasikan bahwa turbin-turbinnya rontok semua, itu menandakan bahwa ketika mengalami impact dengan air, mesin itu masih berputar,”
Sekain itu, Soerjanto juga mengungkapkan bahwa temuan awal data automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) juga masih merekam data pesawat saat berada di ketinggian 250 kaki dari permukaan laut.
“Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa mesin masih dalam kondisi hidup atau menyala sampai sebelum pesawat membentur air,” pungkas Soerjanto.
Sementara itu, penyebab kecelakaan peswat Sriwijaya Air SJ 182 masih belum diketahui dan masih dilakukan investigasi.
KNKT juga masih mengolah data dari black box flight data recorder serta terus mencari black box berisi cockpit voice recorder.