China, misalnya, yang menerapkanlockdownsejak bulan Januari menyebut bahwa kasus penularan lokal mereka telah turun jadi 0 kasus pada Maret lalu.
Baca Juga: Tak Ada Angin dan Hujan, Tiba-tiba Muncul Foto Syahrini dengan Pria Bule di Swiss, Siapa?
Tetapi, penurunan kasus bukan berarti wabah sudah selesai.
Selama vaksin dan obat belum tersedia, virus corona bisa jadi hadir dalam gelombang kedua.
"Akankah warga negara dan para pemimpin kita mendukung langkah-langkahphysical distancinglebih lama? Aku tidak yakin mereka akan melakukannya," ujar Tara Smith, epidemiolog dari Kent University, dikutip dari Vox.
Smith menjelaskan, keberhasilan singkatphysical distancingdalam mengatasi penularan virus Corona bisa jadi bumerang.
Kala orang-orang mengira wabah sudah selesai, mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan belum cukup.
Sebelumnya, sejumlah ahli kesehatan memang memperingatkan bahwa keberhasilan China menekan persebaran kasus lokal bukan berarti masalah sudah selesai.
Peringatan tersebut diberikan setelah pemerintah China mencabut protokollockdownWuhan dan Hubei pada akhir Maret.
Lockdowndi Wuhan dan bagian provinsi Hubei lainnya berlangsung sejak 23 Januari 2020.
"Kekhawatirannya adalah apa yang akan terjadi setelah mereka mengakhiri langkah-langkah (preventif) ini,” kata David Heymann, seorang profesor epidemiologi penyakit menular dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, dikutip dari Japan Times.