Chun kemudian menjabarkan kesalahan-kesalahan negara lain dalam melakukan tes. Salah satunya adalah menguj secara manual, bukan otomatis.
Semua tes dimulai dengan perawat mengambil sampel dari pasien. Jika diuji secara manual, ilmuwan akan memakai pipet untuk menempatkan alat tes ke sampel.
Namun di Korsel pengujiannya telah dilakukan secara otomatis, dengan memasukkan sampel ke mesin diagnostik.
Di dalam mesin, pipet bisa mencapur cairan dalam sejumlah tes sekaligus. Menurut Chun, hanya butuh 4 jam untuk menguji 94 pasien, empat kali lebih cepat dari tes manual. Artinya dalam 1 menit bisa menguji 2 orang, luar biasa cepat.
Ini juga mengurangi risiko kesalahan manusia atau kontaminasi.
Penghambat lain bagi beberapa negara adalah jenis alat tes yang digunakan.
Ada tiga gen yang dapat diuji untuk mengonfirmasi virus corona, dan alat dari Seegene mampu memguji tiga gen dalam satu tabung.
Chun percaya jika Amerika Serikat (AS) memiliki akses ke sistem Seegene, negara itu dapat menguji 1 juta pasien seminggu.
Tapi untuk saat ini "Negeri Paman Sam" masih menunggu persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau Food and Drug Administration (FDA).
"Masalahnya adalah mereka tidak memiliki kesempatan untuk menguji orang-orang dengan benar."