Sering Jadi 'Senjata' Saat Suasana Hati Berantakan, Siapa Sangka Dopamin Juga Punya Efek Negatif, Begini Faktanya

Minggu, 01 November 2020 | 14:00
Freepik.com

Ilustrasi stres

Sering Jadi 'Senjata' Saat Suasana Hati Berantakan, Siapa Sangka Dopamin Juga Punya Efek Negatif, Begini Faktanya

GridHITS.id -Sering kali mendengar istilah dopamin?

Dopamin merupakan neurotransmitter yang diproduksi oleh otak.

Neutransmitter bakal dibuat di otak ketika Anda mengharapkan imbalan atau penghargaan.

Misalnya, saat mencium aroma kue favorit, otak akan meningkatkan produksi dopamin yang memicu rasa bahagia.

Baca Juga: Stres Jadi Biang Kerok Kegiatan Sehari-hari Berantakan, Coba Minum Racikan Jus Segar Ini untuk Meredakannya Seketika

Baca Juga: Bukan Masalah Harta Atau Orang Ketiga, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Akui Hal Ini Kerap Bikin Stres Usai 6 Tahun Jalani Pernikahan

Saat kita memakan kue tersebut, aliran dopamin bertindak untuk memperkuat keinginan ini dan fokus untuk kembali mendapatkannya di masa depan.

Contoh peristiwa tersebut juga bisa disebut dengan siklus motivasi, penghargaan, dan penguatan.

Sebaliknya, ketika kita ingin memakan kue tersebut namun tak bisa mendapatkannya, maka timbul rasa kecewa di otak kita.

Bahkan, bisa jadi keinginan untuk menyantapnya menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Jumlah dopamin yang tepat bisa membuat suasana hati menjadi positif.

Bahkan, dopamin juga bisa membantu proses pembelajaran, perencanaan, dan meningkatkan produktivitas.

Selain itu, dopamin juga bisa meningkatkan kewaspadaan, fokus, motivasi, dan kebahagiaan.

Baca Juga: Satu Lagi Manfaat Kunyit untuk Tubuh, Atasi Stres hingga Bikin Berat Badan Cepat Turun

Baca Juga: Mengendus Bau Pakaian Pasangan Dapat Meredakan Stres Dalam Waktu Sekejap, Percaya?

Pixabay
RobinHiggins

Ilustrasi bahagia

Efek negatif dopamin

Akan tetapi, jumlah dopamin berlebihan bisa menghasilkan perasaan euforia sementara.

Tingkat dopamin yang sangat tinggi dapat membuat kita merasa di puncak dunia. Namun, perasaan itu hanya sementara.

Jumlah dopamin yang berlebihan juga bisa meningkatkan risiko delusi, mania, halusinasi, kegemukan, kecanduan, dan skizofrenia.

Bagaimana mengatasinya?

Salah satu cara untuk mencegah dan mengatasi efek samping dopamin adalah dengan melakukan detoks dopamin.

Detoks dopamin juga dikenal dengan nama puasa dopamin. Teknik ini diciptakan oleh psikiater dari California, Dr Cameron Sepah.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, ia mengatakan detoks dopamin juga penting dilakukan karena dopamin bisa memicu kecanduan.

Sayangnya, banyak orang tak menyadari hal itu karena aliran dopamin yang tinggi memang bisa memicu kesenangan meski hanya sementara.

Seperti apa detoks dopamin?

Dalam kehidupan modern, banyak orang tak bisa lepas dari teknologi, salah satunya ponsel.

Setiap kali ponsel berbunyi kita akan langsung menanggapinya. Bahkan tanpa sadar, kebiasaan tersebut seringkali mengganggu produktivitas dan hubungan dengan orang terdekat.

Tanpa kita sadari, adanya notifikasi pada ponsel bisa memicu produksi dopamin di otak.

Hal ini membuat kita merasa mendapatkan kesenangan ketika ponsel berbunyi.

Pada akhirnya, kita menjadi leboh fokus ke ponsel dan melupakan pekerjaan atau kewajiban kita.

Detoks dopamin bisa menjadi salah satu terapi perilaku kognitif, dimana kita bisa menghilangkan dominasi rangsangan tak sehat, seperti notifikasi ponsel, yang kerap menyertai kehidupan modern.

Baca Juga: Jangan Disepelekan! Mudah Lupa Ternyata Bisa Menandakan Adanya Penyakit yang Membahayakan Ini

Baca Juga: Batal Jadi Istri Bule Tampan Asal Belanda, Cita-citata Stres Berat Hingga Lakukan Ini Supaya Cepat Bangkit Dari Kesedihan: Aku Harus Pergi

Alih-alih menanggapi isyarat yang memicu kesenangan sementara itu, kita harus membiarkan otak istirahat dan mengatur ulang siklus yang berpotensi memicu ketagihan itu.

Dengan kata lain, kita membiarkan diri kita merasa kesepian atau bosan.

Kita juga bisa mencari kesenangan dengan melakukan aktiivtas yang lebih sederhana dan alami agar mampu mendapatkan kendali hidup kita.

Dengan cara ini, kita akan lebih mampu mengatasi perilaku kompulsif yang berpotensi menganggu kebahagiaan kita.

Perilaku kompulsif yang seringkali merusak kesehatan fisik dan mental, antara lain makan berlebihan, penggunaan internet berlebihan, judi, pornografi, dan penggunaan narkoba.

Hal-hal tersebut bisa coba kita cegah dengan melakukan detoks dopamin.

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul:Detoks Dopamin, Cara Lepaskan Diri Dari Kesenangan Sementara

Editor : Yosa Shinta Dewi

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya