Heboh Proses Swab Test Bisa Merusak Otak Ramai di Facebook, Dokter THT Langsung Angkat Bicara!
GridHITS.id - Beberapa waktu lalu, media sosial facebook dihebohkan dengan pemberitaan bahaya swab test yang dapat merusak otak.
Konon, alat swab test yang panjang itu miripcotton buds itu dapat menyentuh bagian otak dan merusaknya.
Tak usah heran, pihak pengunggah mengajak boikot terhadap swab test.
Narasi tersebut diunggah dalam bahasa Inggris salah satunya oleh akun Facebook Dave Oneegs pada Selasa (7/7/2020).
Berikut narasinya, yang dialihbahasakan ke bahasa Indonesia:
"JANGAN MENYETUJUI PENGUJIAN HABIS! Hindari tes Covid-19 dengan cara apa pun. Alat tes ini mungkin (dan mungkin) terkontaminasi dengan sesuatu yang berbahaya, seperti virus atau sesuatu yang tidak kita mengerti. Orang-orang harus peduli dengan swab seperti halnya dengan vaksin. Sangat berbahaya," demikian narasi yang diunggah akun Facebook Dave Oneegs.
Akun itu juga mengunggah sebuah gambar soal bahaya tes swab.
Dalam gambar tersebut, terdapat narasi yang berbunyi:
"Saya bertanya-tanya mengapa tes PCR untuk COVID-19 harus sangat jauh ke belakang dan itu membuat saya berpikir… seberapa jauh hasilnya? Jadi saya melakukan riset dan menemukan dua gambar ini dan tumpang tindih. Bukti mengejutkan itu mengejutkan! Sawar darah otak adalah tempat tes swab harus dilakukan." Sawar Darah Otak (SDO) adalah membran pemisahan sirkulasi darah dari cairan ekstraselular otak (BECF) dalam sistem saraf pusat (SSP).
Selain itu, akun Facebook Siharath Phouthone juga mengunggah foto dan narasi yang sama.
"Tes PCR membahayakan penghalang darah otak Anda," tulis unggahan pemilik akun Facebook Siharath Phouthone. Lihat Foto Tangkapan layar unggahan yang menyebutkan tes swab membahayakan otak.
Benarkah swab test bisa membahayakan otak?
Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Anton Sony Wibowo, menegaskan, tes swab atau usap hidung tidak akan menyebabkan kerusakan otak seperti yang dinarasikan dan beredar di media sosial.
Selain itu, kata Anton, ada netizen yang mengklaim tes usap hidung yang tajam telah menusuk otak dan membuatnya melakukan lobotomi.
Ia menekankan, tes swab aman dilakukan dan tidak membahayakan atau merusak otak.
Sebab, tes usap ini tidak akan mencapai hingga penghalang darah otak.
Lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat swab dilakukan.
Anton mengatakan, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.
"Tidak benar narasi itu (swab test merusak otak). Tes swab hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut," kata Anton saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/7/2020).
Tes swab, lanjut Anton, tidak akan merusak penghalang darah otak, kecuali pada kondisi tertentu.
"Misalnya, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma," jelas Anton.
Ia mengatakan, informasi mengenai tes swab disebut dapat merusak otak tersebut tidak memiliki dasar ilmiah dan bukti yang mendukung.
Sebaliknya, swab test sangat direkomendasikan dalam mendeteksi keberadaan virus corona penyebab Covid-19 pada manusia.
"Justru yang direkomendasikan itu swab test. Kalau rapid test kan hanya mendeteksi antibodi yang ada di tubuh," papar Anton.
Ambil sampel Anton mengatakan, tes swab dilakukan dengan mengambil sampel lendir, dahak, atau cairan di daerah nasofaring ataupun orofaring pada pasien yang diduga terinfeksi virus corona.
Tes ini juga dilakukan dengan cepat dan tidak terlalu rumit.
"Tidak ada persiapan khusus. Pelaksanaan swab sendiri relatif cepat, tidak sampai 5 menit. Prosesnya tinggal daftar administrasi, terus pemeriksaan awal, dan pelaksanaan swab," jelas dia.
Oleh karena itu, Anton mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir dengan informasi menyesatkan tersebut.
"Saya kira masyarakat tidak perlu khawatir, tidak mudah percaya informasi yang belum jelas sumber dan evidence-nya. Untuk tindakan medis yang sudah dilakukan pasti sudah ada kajian keamanan dan manfaatnya," kata Anton.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Swab Test Bisa Merusak Otak? Simak Penjelasan Dokter"