Ada Apa di Balik Keberhasilan Jepang Bisa Mudah Lawan Virus Corona? Begini Pengakuan Ahli

Kamis, 14 Mei 2020 | 17:00
freepik

Ilustrasi virus corona

Ada Apa di Balik Keberhasilan Jepang Bisa Mudah Lawan Virus Corona? Begini Pengakuan Ahli

GridHits.id -Beberapa waktu ini Jepang menjadi perhatian lantaran keberhasilannya menangani Covid-19.

Apa sebenarnya rahasia di balik keberhasilan Jepang melawan virus corona itu?

Baca Juga: Jadi Pertanda Virus Corona Akan Segera Berakhir, Ini Bukti Covid-19 Alami Mutasi dan Mulai Melemah

Baca Juga: Tanda-tanda Pandemi Berakhir? Vietnam Siap Buka Kembali Tempat Wisata Bagi Wisatawan Domestik

Negara berpenduduk 126 juta orang ini mencatatkan 16.024 kasus dengan 668 kematian, menurut data Kementerian Kesehatan pada Kamis (14/5/2020).

Angka tersebut jauh di bawah negara-negara maju lainnya, bahkan sempat mengundang kecurigaan pihak berwenang tidak membeberkan gambaran lengkap.

Mengenakan masker, melepas sepatu, membungkuk tidak berjabat tangan, tingkat obesitas yang rendah, bahkan mengonsumsi makanan tertentu dinilai sebagai budaya yang turut membantu memperlambat penyebaran Covid-19 di Jepang.

Dengan jumlah kasus baru menurun dalam beberapa pekan terakhir, Perdana Menteri Shinzo Abe akan mengumumkan pencabutan keadaan darurat nasional virus corona pada sebagian besar wilayah pada Kamis malam (14/5/2020).

Bahkan Shigeru Omi pakar virus corona di pemerintahan Jepang sendiri, mengaku "tidak ada yang tahu" apakah jumlah kasus virus corona di Jepang sebenarnya "bisa 10 kali, 12 kali, atau 20 kali lebih banyak dari yang dilaporkan."

Ryuji Koike asisten direktur Rumah Sakit Universitas Medis dan Kedokteran Gigi Tokyo mengatakan kepada AFP, sementara Jepang memiliki tingkat kematian dan infeksi yang lebih rendah dari banyak negara, "bukan berarti kita baik-baik saja."

Ia menambahkan, "Saya tidak berpikir (penurunan kasus) disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Saya pikir sepertinya Jepang baik-baik saja berkat hal-hal yang tidak dapat diukur, hal-hal seperti kebiasaan sehari-hari dan perilaku orang Jepang" - seperti menjaga kebersihan dan tidak berjabat tangan.

Baca Juga: Muncul Gejala Baru Virus Corona yang Ditemukan Pasien Positif di Indonesia hingga Para Peneliti Heran dan Menganggapnya Aneh, Apa Itu?

Baca Juga: Banyak Pekerjaan Tertunda karena Wabah Virus Corona, Tukul Arwana Akui Andalkan Pemasukan dari Hal Ini: 'Untuk Bayar Segalanya Disitu'

Namun Kazuto Suzuki profesor kebijakan publik di Universitas Hokkaido mengatakan, strategi Jepang dalam melacak kelompok dan hanya menguji orang dengan gejala akut terbukti cukup untuk jumlah kasus yang relatif rendah.

"Uji, uji, uji, bukan strategi Jepang," katanya dikutip dari AFP Kamis (14/5/2020).

Dengan rasio kasus positif dan pengujian sekitar 7,5 persen, "pengujian sudah cukup," katanya. Akan tetapi ia memperingatkan, "Jika ada wabah eksponensial lagi, kita perlu melakukan lebih banyak pengujian."

Suzuki meyakini keberhasilan Jepang tidak jauh dari kebiasaan memakai masker dan menjaga kebersihan serta cuci tangan.

Teka teki Jepang

Virus corona sudah masuk Jepang pada Januari dan sebulan kemudian ditambah maraknya kasus di kapal Diamond Princess, yang saat itu adalah pusat penyebaran terbesar di luar China.

Abe langsung menginstruksikan penutupan sekolah pada akhir Februari, meski penambahan kasus harian kurang dari 200 secara nasional.

Baca Juga: Ahli Beri Secercah Harapan Bagi Warga Dunia Soal Virus Corona Meski Belum Ditemukan Vaksin untuk Covid-19

Baca Juga: Jadi Pertanda Virus Corona Akan Segera Berakhir, Ini Bukti Covid-19 Alami Mutasi dan Mulai Melemah

Ketika jumlah kasus naik - mencapai angka tertinggi pada 11 April sebanyak 700 kasus sehari - ada kekhawatiran akan melumpuhkan sistem kesehatan Jepang.

Maka Abe menyatakan keadaan darurat nasional virus corona pada 7 April, memberi kewenangan pada para gubernur untuk mendesak warganya tetap di rumah dan menutup bisnisnya.

Untuk mengurangi dampak, Abe juga menjanjikan pemberian 100.000 yen (Rp 14 juta) untuk setiap warga Jepang sebagai bagian dari paket stimulus senilai 1 triliun dollar AS (Rp 15 kuadriliun).

Namun bantuan ini tidak lepas dari kritikan, karena penyaluran bantuan 2 masker ke rumah tangga tidak berjalan lancar.

Baca Juga: Bukti Semua Bisa Sembuh dari Virus Corona, Nenek Berusia Satu Abad Lebih Ini Berhasil Lawan Covid-19, Begini Faktanya

Baca Juga: Muncul Gejala Baru Virus Corona yang Ditemukan Pasien Positif di Indonesia hingga Para Peneliti Heran dan Menganggapnya Aneh, Apa Itu?

Tobias Harris seorang ahli politik Jepang dari konsultan Teneo mengungkapkan kepada AFP, bahwa kinerja Abe "tidak merata".

"Saya pikir dia telah kesulitan di garis terdepan sejak awal, komunikasinya tidak efektif, dan tidak dilayani dengan baik oleh para pembantunya," tambah Harris.

Kebijakan penutupan sekolah mungkin membantu mengatasi penyakit ini, tapi Harris meyakini standar kebersihan yang tinggi, populasi yang umumnya sehat, dan kebiasaan memakai masker sebagai alasan yang lebih mungkin di balik rendahnya tingkat kematian Jepang.

Namun spekulasi apa pun harus disikapi dengan hati-hati karena begitu banyak yang belum diketahui tentang penyakit ini.

"Mungkin perlu lebih banyak pengamatan untuk menjawab teka-teki Jepang."

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Misteri di Balik Keberhasilan Jepang Tangani Virus Corona")

Tag

Editor : Safira Dita

Sumber kompas