Harganya Sudah Kembali Normal, Ternyata Ekspor ke China Jadi Alasan Sempat Melonjaknya Harga Masker di Indonesia

Kamis, 30 April 2020 | 09:26
Freepik

Stok masker dan hand sanitizer menipis karena Corona

Harganya Sudah Kembali Normal, Ternyata Ekspor ke China Jadi Alasan Sempat Melonjaknya Harga Masker di Indonesia.

GridHITS.id - Ternyata ekspor ke China jadi alasan sempat melonjaknya harga masker di Indonesia.

Seperti kita ketahui bersama jika harga masker sempat melonjak tajam seiring berkembangnya virus corona.

Tak hanya menjadi mahal, masker di Indonesia juga sulit ditemukan akibat banyak diburu masyarakat.

Hal tersebut terjadi karena kepanikan masyarakat terhadap virus corona yang kian mewabah.

Baca Juga: Salah Kaprah! Sudah Pakai Masker Tidak Jaminan Terhindar dari Virus Corona Jika Masih Melakukan Hal Ini

Baca Juga: Jangan Main-main! Petugas Akan Lakukan Hal Ini Bagi Warga yang Tak Pakai Masker Selama PSBB

Bermunculannya oknum nakal yang menjadi penimbun pun menjadi salah satu penyebab naiknya harga masker itu sendiri.

Baru-baru ini penyebab harga masker di Indonesia menjadi mahal terungkap setelah harganya sudah kembali normal.

Dilansir dari Gridhealth.id, ternyata hal itu terjadi akibat ulah ekspor masker ke China akhir tahun 2019 lalu.

Udah banyak masker sekarang dan gak mahal lagi. Ini cuma 9000-an isi 5 pcs. Kemaren sekotak isi 50 dijual 350 ribu,"tulis akun Twitter @ferdiriva dalam twitnya, Minggu (26/4/2020).

"W abis beli jugak 9.900 di Indomart,"tulis akun @novembergurll pada Minggu, (26/4/2020).

Freepik

Masker

Mengenai hal itu, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkapkan, normalnya harga masker dan hand sanitizer merupakan bentuk wujud demand (permintaan) dan supply (pasokan) yang sudah seimbang.

"Kalau harga fundamentalnya cuma lokal, kalau demand dan supply relatif sudah seimbang, maka harga akan kembali normal," ujar Enny saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Ia mengungkapkan, awal-awal harga masker mengalami lonjakan tinggi karena Pemerintah Indonesia mengekspor masker ke China.

Pasalnya,pada saat itu jumlah kasus infeksi virus corona sudah mengalami peningkatan tajam.

Nah,saat pemerintah sibuk mengekspor masker, mereka lalai bahwa virus corona dapat masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Dianjurkan Untuk Pakai Meski Tak Sakit, Ternyata Virus Corona Bisa Bertahan Hingga Seminggu Pada Masker Kain

Baca Juga: Selaras dengan WHO, Pemerintah Indonesia Beberkan Keunggulan Masker Kain 3 Lapis, Berapa Persen Ampuh Tangkal Virus Corona?

Oleh karena itu, pasokan masker menjadi sedikit, sementara permintaan masker terus mengalami peningkatan.

Hal inilah yang menyebabkan harga masker di Indonesia melonjak naik dan keberadaannya menjadi sulit ditemukan.

"Tapi beriring dengan waktu, ada proses produksi pasokan menjadi meningkat lagi, jadi tidak hanya masker dalam kodisi normal, proses produksi juga membutuhkan waktu," terang Enny.

Menurutnya, kenormalan harga tidak hanya terjadi pada produk masker, namun produk-produk lain di mana permintaan dan adanya pasokan melimpah yang membuat harga turun.

Selain itu, Enny mengungkapkan bahwa terjadinya kelangkaan masker yang sempat terjadi di Indonesia, dikarenakan tidak adanya "pengatur" saat kegiatan ekspor dilakukan.

"Coba kalau kita di awal ada yang mengatur, ada yang mengantisipasi kita ekspor maskernya, tidak ugal-ugalan begitu, tidak terjadi kekurangan stok pasokan," ujar Enny.

Selain itu, penurunan harga masker juga disebabkan oleh masyarakat saat ini telah menemukan alternatif dari kelangkaan masker bedah, yakni membuat masker kain.

Tak hanya pembuatan masker kain, pembuatan hand sanitizer sendiri dan beberapa sumbangan dari instansi atau lembaga yang memberikan produk secara suka rela di masyarakat yang membuat produk hand sanitizer tidak langka.

"Itu yang membuat pasokan kembali seimbang dan membuat harga normal kembali," lanjut dia.

Enny pun menyampaikan bahwa kenormalan harga masker dan hand sanitizer akan berlangsung lama jika pasokan masih terus bisa diproduksi.

"Selama pasokan ada dan masih bisa diproduksi, masalah harga ya masih seimbang," katanya lagi.

Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah yakni pihak-pihak yang telah membantu memberikan jalan keluar bagi fenomena kelangkaan alat kesehatan.

Misalnya, di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah memproduksi alat bantu pernapasan atau ventilator yang mulai langka di Indonesia.

Alat ini mampu membantu gangguan pernapasan, terutama pada paru-paru, akibat terinfeksi virus corona dengan kondisi parah.

Mestinya yang begitu diberi insentif agar pasokan tidak terganggu. Anggaran pemerintah yang Rp 75 triliun itu tidak digunakan untuk impor-impor alkes justru ini kesempatan bahwa anggaran tersebut dapat dioptimalkan kepada public health untuk menggerakan ekonomi," kata Enny.

Selain itu, Enny mengungkapkan, beberapa produk yang perlu dioptimalkan yakni vitamin dan produk-produk yang meningkatkan imunitas tubuh, bisa juga dengan alat olahraga mandiri.

Adapun alat olahraga yang dimaksud adalah alat yang dapat digunakan atau dimainkan oleh 2-3 orang saja, agar warga tidak perlu berkerumun untuk melakukannya.

Contohnya raket, alat kesehatan ini bisa dikerjakan oleh 2-3 orang, justru alat olahraga yang mandiri itu lebih banyak permintaannya," lanjut dia.

Baca Juga: Tak Lagi Masker dan Hand Sanitizer, Bahan Ini Mendadak Ramai Diburu Tuk Jaga Kesehatan Tubuh, Apa Itu?

Baca Juga: Warga Indonesia Wajib Tahu! Begini Penggunaan Masker yang Benar Agar Tak Tertular Virus Corona Menurut WHO

Editor : Safira Dita

Sumber : Gridhealth.id

Baca Lainnya