Bukan Kabar Gembira, Uji Klinis Ramdesivir Menjadi Obat Virus Corona Dikonfirmasi WHO Ada Kekeliruan, Apa?
GridHITS.id - Uji klinis ramdesivir untuk virus corona dikonfirmasi ada kekeliruan.
Tentunya hal ini merupakan kabar yang kurang mengenakan di tengah wabah virus corona.
Seperti kita ketahui bersama jika virus corona hingga kini masih menjadi wabah yang meresahkan masyarakat Indonesia.
Kini, kabar kurang baik datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dimana salah satu obat eksperimental untuk mengobati virus corona (Covid-19), remdesivir mengalami kegagalan dalam uji klinis acak pertama.
Hal itu diketahui setelah rancangan dokumensecara tidak sengaja diterbitkan oleh WHO yang kemudian dihapus.
Dilansir dari AFP, uji coba obat remdesivir di China menunjukan kegagalan dalam mengobati Covid-19 setelah diujicobakan ke manusia secara acak.
Laporan berupa dokumen yang sempat dirilis WHO itu pertama kali dilaporkan oleh Financial Times dan Stat News, Kamis (23/4/2020).
Tapi Gilead Sciences, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) pembuat obat remdesivir mempertayakan, bagaimana bisa data uji klinis diterbitkan dan sekarang dihapus oleh WHO.
Kepada Financial Times, WHO mengonfirmasi ada kekeliruan dalam penerbitan draf laporan uji klinis itu.
Dalam dokumen itu, para peneliti di China mempelajari 237 pasien, memberikan obat kepada 158 orang dan membandingkan kondisi mereka (dikasih obat) dengan 79 orang yang tersisa dan menerima pengobatan dengan plasebo.
Setelah satu bulan, 13,9% pasien yang mengkonsumsi remdesivir meninggal dibandingkan dengan 12,8% dari mereka yang menerima pengobatan plasebo.
Percobaan remdesivir dihentikan lebih awal karena ada laporan efek samping.
“Remdesivir tidak dikaitkan dengan manfaat klinis atau virologi,” demikian ringkasan studi.
Namun Gilead Sciences menilai, ada salah tafsir oleh WHO atas studi uji coba remdesivir.
"Kami percaya pos itu memasukkan karakterisasi studi yang tidak sesuai," kata Juru Bicara Gilead yang dilansir BBC.
Ia menambahkan, uji coba itu diakhiri lebih awal karena rendahnya partisipan dan karenanya tidak bermakna secara statistik.
“Dengan demikian, hasil penelitian tidak dapat disimpulkan, meskipun tren dalam data menunjukkan manfaat potensial untuk remdesivir, terutama di antara pasien yang diobati pada awal penyakit,” katanya.
Meskipun demikian, uji coba ini tidak berhenti karena masih akan ada beberapa percobaan berskala besar dalam tahap lanjutan yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai penggunaan obat ini.
Diketahui sebelumnya, obat remdesivir merupakan salah satu obat yang diuji coba WHO untuk menobati Covid-19.
DiwartakanIntisari Online, Obat remdesivir inimampu meningkatkan kondisi pasien Covid-19 yang dalam kondisi parah.
Dilaporkan dua dari tiga pasien Covid-19 dengan kondisi parah mengalami peningkatan kondisi setelah menerima pengobatan Remdesivir tersebut.
Alhasil, obat yang awalnya digunakan untuk mengobati sakit Ebola tersebut dinilai memiliki kualitas menangkal virus.
Artikel ini sudah pernah tayang di GridHealth dengan judul:Ramdesivir Gagal Uji Klinis Menjadi Obat Covid-19, Punya Efek Samping