Tak Ada Korban Anak karena Corona di Italia, di Indonesia Malah Berjatuhan, Ternyata ini Sebabnya
GridHits.id - Ternyata Virus Corona SARS-CoV-2 menjadi ancaman serius pada bayi dan anak Indonesia.
Di Italia, negara yang paling banyak warganya meninggal akibat Covid-19, yang hingga Selasa (7/4/2020)sudah mencapai16.523 orang, tak satupun anak yang jadi korban.
Baca Juga: Mengaku Bisa Panggil Malaikat dan Nabi, Ningsih Tinampi Santer Akan Dinikahi Pria Kaya, Serius?
Baca Juga: Imbas Virus Corona Ratusan Karyawan Ramayana Kena PHK, Dinas Tenaga Kerja Buka Suara
Kontras dengan Indonesia.
Sementara seorang anak berusia 11 tahun meninggal di Pamekasan, Jawa Timur, juga akibat Covid-19, berdasarkan data IDAI.
Yuri mencontohkan kasus di Pamekasan adalah kasus kematian anak akibat demam berdarah yang diperburuk Covid-19.
Baca Juga: Penting! Catat Baik-baik Tata Cara Mendapat Bantuan Langsung Tunai dari Pemerintah
Baca Juga: Jabatan Mulan Jameela Sebagai Anggota Dewan Kembali Disenggol Setelah Pamer Rumah Mewahnya Bak Bangunan Eropa yang Direnovasi di Tengah Pandemi Covid-19
Ketua IDAI, Aman Bhakti Pulungan, mewanti-wanti Indonesia tidak bisa memandang enteng kasusCovid-19 pada anak.
"Tanpa adaCovid-19 saja,pneumonia ini sudah pembunuh nomor satu di Indonesia.
"Tapi kalau dia (si anak) terinfeksi Covid-19, kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri akan tambah besar.
Mengapa angkapneumonia anak di Indonesia tinggi?
Aman, yang juga anggota Komite Eksekutif Asosiasi Internasional Dokter Anak, mengatakan tingginya angkapneumonia anak di Indonesia disebabkan beberapa faktor, antara lain sanitasi yang buruk dan polusi asap rokok.
Baca Juga: Kasus Hukumnya Lama Terkubur, Begini Nasib Keluarga Gen Halilintar Usai Dituntut Ganti Rugi Sebesar Rp9,5 Miliar
Karenanya, ia meminta pemerintah mempertimbangkan faktor itu.
"Jangan (diperbandingkan) data anak di China atau Malaysia… itu negara yang data kematian anak karena pneumonia-nya nggak ada lagi. Segala aspek ini harus kita liat," ujar Aman.
Apakah anak-anak lebih kebal Covid-19?
Konsultan respirologi anak, Prof. Cissy B. Kartasasmita, yang juga anggota IDAI, mengatakan daya tahan tubuh anak akan membantu mereka menghadapi Covid-19.
Daya tahan tubuh, tambah kata Cissy, dipengaruhi pula oleh nutrisi seimbang hingga kebersihan.
Baca Juga: PSBB Mulai 10 April, Anies Baswedan Minta Masyarakat Untuk Tidak Lakukan Hal-hal Ini Lagi
Baca Juga: Sadis! Mertua Tega Bakar Menantunya Sendiri Karena Tak Kunjung Beri Cucu
"Reseptor itu bagian sel kita yang seperti 'jendela' untuk virus itu masuk memperbanyak diri dalam sel. 'Jendela' itu, apa sama banyak di tubuh anak, seperti di orang dewasa atau belum berkembang sempurna? Ini masih diteliti," ujarnya.
Ia mengatakan sejumlah pihak yakin reseptor pada tubuh anak lebih sedikit jumlahnya sehingga mereka lebih jarang sakit ketika terinfeksi Covid-19.
'Jumlah tes sedikit'Sementara itu, jumlah tesCovid-19 yang dinilai sedikit dibanding dengan populasi masyarakat bisa memperburuk penularan di antara anak, ujar Anggraini Alam, Dokter Anak di Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung, yang pernah merawat bayi berusia 1,5 bulan yang positif corona.
Oleh karena itu, Anggraini menyarankan para orang tua untuk menjaga anak tetap di rumah dan mengawasi jarak aman mereka atau social distancing, mengingat masker ukuran anak jarang dijual.
Baca Juga: Gemas Banyak yang Masih Anggap Enteng Covid-19, Boy William Beri Peringatan Keras dengan Cara Unik dan MenggelitikBaca Juga: Kembali Beri Kabar Gembira, Profesor Asal Indonesia Tegaskan Wabah Corona Bisa Berakhir di Akhir April Namun dengan Syarat
"Masker anak siapa yang punya? Anak-anak dipakaikan masker nggak betah, dan masker nggak mengganti social distancing. Lebih baik anak nggak usah keluar," ujarnya.
Sementara itu, konsultan respirologi anak, Prof Cissy B. Kartasasmita, mengatakan ia berharap pemerintah dapat membuka data anak yang positif terkena Covid-19.