BMKG Sebut Iklim Tropis Tanah Air akan Menghambat Penyebaran Virus Corona, Namun Jika Kita Tak Patuh dengan 1 Aturan Ini, Maka Semua Akan Gagal!

Selasa, 07 April 2020 | 13:00
freepik

Ilustrasi virus corona

BMKG Sebut Iklim Tropis Tanah Air akan Menghambat Penyebaran Virus Corona, Namun Jika Kita Tak Patuh dengan 1 Aturan Ini, Maka Semua Akan Gagal!

GridHITS.id - Wabah Covid-19 atau virus corona kini tengah menjadi perhatian semua kalangan masyarakat.

Sebab penyebarannya yang cukup cepat membuat ratusan negara dengan ratusan ribu pasien terinfeksi oleh virus yang satu ini.

Namun siapa sangka ternyata penyebaran virus corona dipengaruhi juga oleh iklim negara tersebut.

Baca Juga: Mbah Mijan dan Roy Kiyoshi Kompak Sebut Indonesia Akan Kembali Dilanda Bencana Setelah Virus Corona, Apa?

Baca Juga: Dianjurkan Untuk Pakai Meski Tak Sakit, Ternyata Virus Corona Bisa Bertahan Hingga Seminggu Pada Masker Kain

Seperti diketahui, Indonesia memang negara yang terkenal memiliki iklim tropis, dan itu bisa membantu meminimalisir penyebaran virus corona.

Akan tetapi semua upaya itu akan gagal jika rakyatnya tidak mematuhi aturan yang satu ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan analisis tentang pengaruh cuaca dan iklim dalam penyebaran penyakit Covid-19 di Indonesia.

Analisis dilakukan bersama 11 doktor di Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Matematika, didukung Guru Besar dan Doktor di Bidang Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM). Kajian dilakukan dengan analisis statistik, pemodelan matematis, dan studi literatur. Kepala BMKG Dwikorita mengatakan, hasil kajian menunjukkan adanya indikasi pengaruh cuaca dan iklim dalam mendukung penyebaran wabah Covid-19, sebagaimana disampaikan dalam penelitian Araujo dan Naimi (2020), Chen et. al. (2020), Luo et. al. (2020), Poirier et. al (2020), Sajadi et.al (2020), Tyrrell et. al (2020), dan Wang et. al. (2020).

Baca Juga: Tak Ada Angin dan Hujan, Tiba-tiba Muncul Foto Syahrini dengan Pria Bule di Swiss, Siapa?

Baca Juga: Niat Hati Masakin Sang Suami Agar Senang, Citra Kirana Justru Dapat Komentar Menohok dari Rezky Aditya, 'Basi!' "Hasil analisis Sajadi et. al. (2020) serta Araujo dan Naimi (2020) juga menunjukkan sebaran kasus Covid-19 pada saat outbreak gelombang pertama, berada pada zona iklim yang sama, yaitu pada posisi lintang tinggi wilayah subtropis dan temparate," kata Dwikorita kepada Kompas.com, Sabtu (4/4/2020). Kondisi ideal virus corona Dari hasil penelitian tersebut, lanjut dia, dapat disimpulkan sementara bahwa negara-negara dengan lintang tinggi cenderung mempunyai kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tropis. Dwikorita menambahkan, penelitian Chen et. al. (2020) dan Sajadi et. al. (2020) menyatakan bahwa kondisi udara ideal untuk virus corona adalah temperatur sekitar 8-10 derajat celsius dan kelembapan berkisar 60-90 persen.

"Artinya, dalam lingkungan terbuka yang memiliki suhu dan kelembapan yang tinggi merupakan kondisi lingkungan yang kurang ideal untuk penyebaran kasus Covid-19," ujar dia. Para peneliti tersebut menyimpulkan, kombinasi dari temperatur, kelembapan relatif cukup memiliki pengaruh dalam penyebaran transmisi Covid-19.

Menurut Dwikorita, penelitian oleh Bannister-Tyrrell et. al. (2020) juga menemukan adanya korelasi negatif antara temperatur (di atas 1 derajat celsius) dengan jumlah dugaan kasus Covid-19 per hari.

Baca Juga: Akhirnya Pandemi Covid-19 Perlahan-lahan Sudah Menurun, Indikasi di Seluruh Belahan Dunia Mulai Terlihat

Baca Juga: Aktivitasnya Sehat, Tapi Pose Ayu Ting Ting Saat Yoga ini Tuai Nyinyiran, Warganet : Bukan Yoga Betulan "Mereka menunjukkan bahwa bahwa Covid-19 mempunyai penyebaran yang optimum pada suhu yang sangat rendah (1-9 derajat celsius),"tutur dia. Hal ini berarti, semakin tinggi temperatur maka kemungkinan adanya kasus Covid-19 harian akan semakin rendah. Iklim tropis bantu hambat penyebaran virus Lebih lanjut, Wang et. al. (2020) menjelaskan bahwa serupa dengan virus influenza, virus corona baru ini cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara dingin dan kering.

"Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan 'host immunity' seseorang, dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus sebagaimana yang dituliskan dalam studi Wang et al. (2020) tersebut," papar Dwikorita. Ia menjelaskan, penelitian Araujo dan Naimi (2020) memprediksi dengan model matematis yang memasukkan kondisi demografi manusia dan mobilitasnya, menyimpulkan bahwa iklim tropis dapat membantu menghambat penyebaran virus tersebut. "Mereka juga menjelaskan lebih lanjut bahwa terhambatnya penyebaran virus dikarenakan kondisi iklim tropis dapat membuat virus lebih cepat menjadi tidak stabil,"kata dia.

Baca Juga: Tak Gubris Anjuran Social Distancing, Ribuan Warga Rela Berdesakan Demi Sambut Eva Yolanda LIDA 2020 Pulang Kampung

Baca Juga: Tak Gubris Anjuran Social Distancing, Ribuan Warga Rela Berdesakan Demi Sambut Eva Yolanda LIDA 2020 Pulang Kampung

Dengan demikian, lanjut Dwikorita, penularan virus corona dari orang ke orang melalui lingkungan iklim tropis cenderung terhambat dan akhirnya kapasitas peningkatan kasus terinfeksi untuk menjadi pandemik juga akan terhambat. Kajian tim gabungan ini menjelaskan, analisis statistik dan hasil pemodelan matematis di beberapa penelitian di atas mengindikasikan bahwa cuaca dan iklim merupakan faktor pendukung untuk kasus wabah ini berkembang pada outbreak yang pertama di negara atau wilayah dengan lintang linggi. Namun, bukan faktor penentu jumlah kasus, terutama setelah outbreak gelombang yang ke dua.

Peningkatan kasus dipengaruhi mobilitas manusia Meningkatnya kasus pada gelombang kedua saat ini di Indonesia tampaknya lebih kuat dipengaruhi oleh pengaruh pergerakan atau mobilitas manusia dan interaksi sosial. Kondisi cuaca atau iklim serta kondisi geografi kepulauan di Indonesia, sebenarnya relatif lebih rendah risikonya untuk berkembangnya wabah Covid-19. Namun, fakta menunjukkan terjadinya lonjakan kasus akibat virus SARS-CoV-2 di Indonesia sejak awal Maret 2020. "Indonesia yang terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 hingga 30 derajat celsius dan kelembapan udara berkisar antara 70-95 persen, dari kajian literatur sebenarnya merupakan lingkungan yang cenderung tidak ideal untuk outbreak Covid-19," kata Dwikorita.

Baca Juga: Baru 3 Minggu di Rumah Aja, Donna Agnesia Sudah Hamil, Begini Reaksi Darius Sinathrya Perlakuannya Terbongkar

Baca Juga: Bikin Lega, Pakar UI Ungkap Wabah Virus Corona Bisa Berakhir dalam Waktu Dekat, Asalkan Masyarakat Indonesia Kompak Lakukan Hal Satu Ini, Apa?

Berdasarkan fakta dan kajian terhadap beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya, tim gabungan antara BMKG dan UGM ini merekomendasikan, apabila mobilitas penduduk dan interaksi sosial benar-benar dapat dibatasi, disertai dengan intervensi kesehatan masyarakat (Luo et. al. 2020 dan Poirier et. al., 2020), maka faktor suhu dan kelembapan udara dapat menjadi faktor pendukung dalam mengurangi risiko penyebaran wabah yang terjadi. Dengan begitu, masyarakat diimbau terus menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh, dengan memanfaatkan kondisi cuaca untuk beraktivitas atau berolahraga pada jam yang tepat. Tak hanya itu, masyarakat diminta lebih ketat menerapkan physical distancing dan pembatasan mobilitas dengan tinggal di rumah dan intervensi kesehatan masyarakat, sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran wabah Covid-19 secara lebih efektif. "Karena cuaca yang sebenarnya menguntungkan ini, tidak akan berarti optimal tanpa penerapan seluruh upaya tersebut dengan lebih maksimal dan efektif," pungkas Dwikorita.

Artikel ini telah tayang di pop.grid.id dengan judulMiliki Iklim Tropis, BMKG Sebut Virus Corona Tak Ideal Berada di Indonesia hingga Mampu Bantu Hambat Penyebaran Covid-19 Semakin Meluas, Namun Akan Sia-sia Hanya Karena Satu Hal Ini!

Tag

Editor : Safira Dita

Sumber pop.grid.id