Banyak yang Salah Kaprah! Bukannya Tangkal Virus Corona, Berjemur Nyatanya Justru Melemahkan Sistem Imun Tubuh
GridHITS.id - Budaya berjemur nyatanya justru melemahkan sistem imun tubuh. Kok bisa?
Di kala virus corona yang kian mewabah di Indonesia, nampaknya masyarakat kita memiliki budaya baru yang dilakukan setiap pagi.
Ya, kini masyarakat tampaknya tengah menikmati budaya berjemur setiap pagi guna melawan virus corona.
Pasalnya, banyak yang mengatakan jika berjemur setiap pagi di bawah sinar matahari bisa meningkatkan sistem imun tubuh, bahkan ada yang menyebut bisa melawan virus corona.
Namun, sebelum memutuskan untuk mengikuti budaya tersebut, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu informasi mengenai sinar matahari, yang ternyata bisa sangat merugikan kesehatan kita.
Misal, kornea mata rusak, mengalami katarak, kanker kulit, hinggaimmune system suppression.
Padahal saat ini yang tengah kita butuhkan adalah meningkatkan sistim imun untuk melawan virus corona.
Dilansir dari laman Facebook-nya, dokterDr Handrawan Nadesul menyebut ada 3 jenis ultraviolet (UV) yang diberikan matahari kepada alam; UVA, UVB dan UVC.
Namun, sinar matahari yang sampai ke bumi kita ini hanya UVA dan UVB yang sama-sama bisa berpengaruh buruk terhadap tubuh.
Akan tetapi dibalik keburukannya, UVA dan UVB mempunyai manfaat bagi manusia jika kita tahu ilmunya.
Penting diketahui, semua manusia butuh UVA dan UVBuntuk pembentukan vitamin D, tulang dan otot, terapi penyakit kulit (psoriasis), dan meningkatkan sistem imun.
Hal itulah yang menjadi sebab kenapa sekarang di masa pandemi corona, banyak masyarakat berburu sinar matahari.
Tapi, kapan kita harus mulai berburu sinar matahari, supaya bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan sistim imun, pembentukan vitamin D, untuk tulang dan otot, juga terapi bagi penderita psoriasis?
Mengenai hal itu, tentu kita ingat pesan orangtua zaman dahulu.
Berjemur sinar mataharipagi sebelum pukul 10.00 lah yang menyehatkan.
Tapi untuk saat ini yang kita kejar adalah manfaat UVB, daripada UVA.
Adapun UVA panjang gelombang melebihi UVB, yang menembus lapisan kulit dalam (dermis).
UVB hanya sampai lapisan atas epidermis, maka lebih kurang merusak kulit.
Namun, terpapar lama seperti yang ingin kulitnya lebih gelap (suntan), UVA maupun UVB sama-sama buruknya.
Sebab keduanya membuat kulit cepat menua, lekas keriput, danrisiko kanker kulit, bahkan bisa melemahkan sistem imun jika terpapar berlebihan (Immune system suppression).
Selain menembus kulit lebih dalam, karena kekuatannya ratusan kali lebih kuat dari UVB, UVA bisa menembus kaca.
Nah, pengaruh UV terhadap tubuh ditentukan oleh beberapa faktor, index UV, musim apa, lokasi equator, mendung tidaknya, dan jam operasi mataharinya.
Makin di atas puncak langit matahari, makin kuat index UV-nya.
Makin kuat index UV makin perlu dikurangi waktu paparnya kalau tidak ingin merusak tubuh.
WHO menganjurkan kita cukup berjemur 5-15 menit; bagian tangan, lengan, dan wajah terpapar matahari pukul 10.00-15.00 (cerah, di equator).
Budaya berjemur ini pun cukup seminggu 3 kali untuk memperoleh manfaatnya.
Kelebihan paparan matahari pada jam puncak tersebut, selain merusak kulit sebagaimana sudah disebut di atas, juga merusak kornea mata (keratoconjunctivitis), berisiko katarak, serta merusak DNA kulit, bisa memunculkankanker kulit (melanoma).
Oleh karena bibit penyakit termasuk virus terbunuh oleh UV dengan gelombang sekitar 250 nm (nanometer), maka UVB-lah yang tepat untuk dimanfaatkan membunuh virus.
Memang mengenai hal ini belum ada penelitian apakah UVB mampu membunuh virus baru Covid-19 ini.
Satu hal yang harus diingat, saat berjemur jangan lupa minum yang cukup, pakai kaca mata hitam, juga setelahnya kita cukupi kebutuhan gizi harian dan tentunya olahraga.
Jadi alangkah baiknya lakukan berjemur UVB sambil berolahraga.
Selain itu, wajib cukup tidur setiap hari, dan jauhkan diri dari stres, pikiran negatif. Hal tersebut bisa melemahkan sistim imun tubuh.
Diakhir tulisannya, sang dokter yang dikenal sebagai penulis keseatan ini pun menuliskan;
"Vitamin D, yakni vitamin D3 (cholecalciferol) yang dibutuhkan tubuh yang meningkat, juga meningkatkan hormon serotonin otak. Serotonin bagian dari "Hormon Kebahagiaan" yang memberi kita merasa nikmati dalam memberi (apa saja). Maka matahari juga sumber suka cita kita.
Salam sehat
Dr HANDRAWAN NADESUL
30 Maret 2020 (05.54)"