Penelitian Membuktikan Pemilik Golongan Darah A Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona, Benarkah?

Rabu, 18 Maret 2020 | 08:46
freepik

Ilustrasi virus corona

GridHits.id -Virus corona masih jadi ketakutan masyarakat di seluruh dunia.

Hingga kini, angka jumlah pasien terus meningkat.

Di Indonesia saja, dilaporkan pada Selasa (17/3/2020), tercatat sudah lebih dari 170 pasien positif terinfeksi virus corona.

Baca Juga: Kabar Terkini Virus Corona, Masa Darurat Bencana Nasional Virus Covid-19 Diperpanjang hingga Mei 2020

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona mengatakan bila jumlahnya mungkin akan semakin meningkat, mengingat adanya hubungan dan kontak dekat pasien dengan masyarakat sekitarnya.

Baca Juga: Virus Corona Jadi Kekhawatiran Dunia, Negara Ini Sudah Temukan Obatnya, Akui Mampu Turunkan Gejala Dalam 48 Jam Saja

Namun meski begitu, masyarakat Indonesia kini makin sadar menjaga kesehatan dan kebersihan.

Sayangnya, banyak yang justru menimbun masker,hand sanitizer, dan bahan pokok kehidupan untuk menjaga dirinya tetap aman berada di rumah.

Di sisi lain, belum lama ini peneliti di Cina mengumumkan hasil penelitiannya tentang virus corona.

Mengutip dariExpress.co.id, peneliti mengungkapkan bila ada golongan darah yang kebal virus corona, dan yang rentan terkena virus corona.

Baca Juga: Mengeluh Sudah Habiskan Ratusan Juta, Pernikahan Jessica Iskandar dan Richard Kyle Ditunda Akibat Virus Corona

Apa saja itu?

Setelah diteliti dari 2.000 sampel pasien virus corona di Cina, ditemukan bahwa pemilik golongan darah A disebut lebih rentan terkena virus corona.

Baca Juga: Mengaku Alami Gejala, Begini Kronologi Aktris Pemeran Film James Bond, Olga Kurylenko Positif Corona

Hal tersebut disampaikan oleh Wang Xinghuan, ahli medis dari Zhongnan Hospital of Wuhan University.

Xinghuan mengatakan, "pemilik golongan darah A perlu lebih memperkuat perlindungan pribadi untuk mengurangi kemungkinan terjangkit infeksi."

Hal ini karena pamilik golongan darah A memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi dan memiliki gejala yang lebih parah.

Ia juga mengatakan bila, "orang yang bergolongan darah A perlu mendapat pengawasan lebih ketika terinfeksi virus corona."

Baca Juga: Kabar Bahagia dari Lesty Kejora di Tengah Wabah Virus Corona, Sebar Undangan Pernikahan?

Sementara itu, Xinghuan justru mengatakan bila pemilik golongan darah O lebih rendah risiko terkena virus Covid-19. Mengapa demikian?

"Pemilik golongan darah O pada dasarnya lebih rendah risiko terkena virus corona bila dibandingkan pemilik golongan darah lain," jelasnya penelitian yang dipublikasikan di Medrvix.org.

Baca Juga: Indonesia Positif Corona! Kenali Gejala Corona Hari Pertama Hingga Hari Kesembilan, Mulai Flu hingga Nyeri Tenggorokan

Meski begitu, penelitian tersebut menyebutkan bila tidak serta-merta pemilik golongan darah O terbebas dari virus corona.

"Pemilik golongan darah O tidak berarti aman dari virus. Tetap perlu cuci tangan dan mengikuti anjuran yang berlaku," ujar penelitian tersebut.

Mengutip dari Tribun Timur, di sisi lain, sebuah makalah yang diterbitkan di situs pracetak untuk Ilmu Kesehatan di bawah lembaga penelitian dan pendidikan, Cold Spring Harbor Laboratory, di New York, AS, mengungkapkan golongan darah O memiliki resistensi terhadap virus corona dibandingkan dengan golongan darah non-O.

Hal itu bisa dilihat dari 206 pasien yang meninggal karena Covid-19 di Wuhan, 85 di antaranya mempunyai golongan darah A.

Baca Juga: Kini Jadi Pembunuh Nomor 1 Umat Manusia, Mbah Mijan Malah Ucap Terima Kasih dan Beri Mawar Merah untuk Virus Corona, Apa Maksudnya?

Jumlah itu adalah 63 persen lebih banyak dari golongan darah O yang dimiliki 52 orang Pola seperti ini juga ada pada kelompok usia dan jenis kelamin yang berbeda.

"Mungkin bermanfaat untuk memperkenalkan golongan darah A-B-O pada pasien dan tenaga medis untuk membantu menentukan opsi manajemen dan menilai tingkat paparan risiko orang," ujar Wang.

Baca Juga: Terawangan Wirang Birawa Terkait Corona Bikin Panik, Postingan Instagramnya Banjir Komentar

Diketahui, studi ini dilakukan oleh para ilmuwan dan dokter dari kota-kota di seluruh China, termasuk Beijing, Wuhan, Shanghai, dan Shenzen. Penulis mengingatkan, mungkin ada risiko dalam menggunakan penelitian untuk memandu praktik klinis saat ini.

Meski demikian penelitian tersebut masih terus dikaji dan dianalisis keakuratannya.

Editor : Cynthia Paramitha Trisnanda

Sumber : Tribun Timur, Express

Baca Lainnya