Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Ade Firmansyah Sugiharto yang memimpin autopsi ulang Brigadir J mengaku tidak melihat dokumen hasil autopsi pertama saat akan melakukan otopsi kedua.
Namun dia menduga kondisi tubuh jenazah Brigadir J pada saat autopsi pertama tentu lebih baik dibandingkan kondisi pada autopsi kedua.
Sebab menurutnya, pada autopsi kedua, beberapa luka pada tubuh Brigadir J sulit diidentifikasi langsung sebagai luka tembak.
Hal ini akibat dari proses pembusukan, pemberian formalin dan rekonstruksi pada saat otopsi pertama. Dalam proses rekonstruksi, luka-luka dijahit dan dilem untuk menghindari cairan keluar dari tubuh.
“Jadi ketika kami lihat, ini kok bentuk lukanya begini. Biasanya kalau luka tembak itu kan khas. Bentuknya lubang, terus tepi pinggirannya ada luka lecet. Nah, pada jenazah yang sudah diformalin dan direkonstruksi sudah tidak berbentuk seperti itu,” kata Ade di Jakarta Senin (8/8/2022).
KOMPAS juga mendapat rangkaian rekaman CCTV dengan stempel waktu terkait penembakan Brigadir J.
CCTV dimulai dari perjalanan Putri Candrawathi, istri Ferdy, beserta ajudan dari Magelang ke Jakarta.
Di Magelang, iring-iringan mobil Putri bersama para ajudan, termasuk Brigadir J, terekam melintas di Jalan Mayjend Bambang Soegeng ke arah Jalan Soekarno Hatta pada pukul 09.29 WIB.
Rombongan terekam berhenti di area istirahat KM 86B Tol Cipali. Brigadir J tampak mengarah ke toilet pada pukul 14.03 dan kembali ke mobil pada 14.06.
Kemudian dari rekaman terlihat Ferdy memasuki rumah di Jalan Saguling III, Jakarta pukul 15.29.
Lalu berselang 12 menit, mobil Putri beserta rombongan Magelang tiba di rumah pukul 15.40.