Untuk diketahui, tumbuhan hiperakumulator biasanya banyak ditemukan di wilayah dengan kandungan logam tinggi misalnya tanah serpentine dan ultramafic.Indonesia, kata Hamim, termasuk negara dengan lahan ultramafic terbesar di dunia yang meliputi wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga ke Papua.“Namun potensi tumbuhan hiperakumulator di daerah ini belum tergali secara optimal.
Sehingga perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak sehingga potensinya bisa digali dan dimanfaatkan untuk tujuan fitoremediasi dan fitomining,” jelasnya.Menurut Hamim, selain tumbuhan hiperakumulator yang hidup di wilayah ultramafic, ada beberapa jenis tumbuhan yang juga berpotensi besar untuk digunakan sebagai agen fitoremediasi maupun fitomining.Adapun contohnya tanaman penghasil minyak non-pangan (non-edible oil) seperti Jarak Pagar (Jatropha curcas).
Jarak Kastor (Ricinus communis), Mindi (Melia azedarach) dan Kemiri Sunan (Reutealis trisperma) serta tanaman aromatic (penghasil minyak atsiri) seperti Vetiver (Vetiveria zizanioides)“Hasil percobaan membuktikan bahwa jenis-jenis tumbuhan tersebut mampu bertahan tumbuh pada media cair mengandung Pb dan Hg serta pada media tailing tambang emas," ujarnya.Namun, di antara keempat spesies penghasil minyak non-pangan yang digunakan, Hamim mengatakan Kemiri sunan (R. trisperma) termasuk yang paling tahan terhadap perlakuan dengan logam berat dan tailing tambang emas.
Dia menambahkan beberapa tumbuhan di seputar tambang emas juga bisa menjadi alternatif sumber genetik bagi tumbuhan hiperakumulator logam emas.Dari hasil eksplorasi tumbuhan di seputar tailing dam pertambangan emas PT Antam UBPE Pongkor diketahui bahwa hampir semua jenis tumbuhan yang tumbuh di sana punya kemampuan mengakumulasi emas meskipun pada kadar yang masih rendah.“Kelompok bayam-bayaman (Amaranthus) yang tumbuh di seputar tailing, memiliki kemampuan akumulasi emas yang paling tinggi, namun karena biomassanya rendah sehingga potensi fitominingnya tergolong rendah," ungkapnya.Sementara tumbuhan lembang (Typha angustifolia), lanjut dia juga cukup tinggi dalam mengakumulasi logam emas (Au)."Typha bisa menghasilkan 5-7 gram emas per hektar. Ini tentunya memerlukan ekplorasi yang lebih jauh,” tandasnya.Sementara itu, dalam percobaan yang dilakukannya, pemanfaatan cendawan endofit berseptat gelap (Dark Septate Endophyte) dan cendawan mikoriza terbukti dapat membantu tumbuhan dalam beradapatasi pada lingkungan tercemar logam berat.Cendawan ini, menurut pemaparannya dapat membantu program fitoremediasi.
Baca Juga: Tanaman Obat Asam Lambung Kronis Ini DiJamin Ampuh, Apa Saja?
Artikel ini telah tayang di TribunAceh dengan judul Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Indonesia Punya Tanaman Penghasil Emas, Bahkan Bisa Dijumpai di Rumah