Disisi lain, kami juga memiliki kebijakan perusahaan ramah keluarga (family friendly company), melalui pemberian cuti enam bulan bagi karyawati dan 10 hari bagi karyawan yang istrinya sedang melahirkan untuk mendukung tumbuh kembang anak dimasa 1000 Hari Pertama Kehidupan. Lebih jauhnya, kami berupaya untuk meningkatkan kesehatan anak Indonesia terutama di masa pandemi melalui berbagai program kegiatan dan kolaborasi,” ujar VP General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto.
“Di masa pandemi pelayanan gizi dan kesehatan lebih diprioritaskan kepada kelompok balita dan ibu hamil serta menyusui yang berisiko. Pada sasaran berisiko, dilakukan dengan janji temu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Pemantauan pertumbuhan di posyandu menyesuaikan dengan kebijakan setempat. Jika posyandu tidak buka, orangtua dianjurkan untuk melakukan pemantauan secara mandiri dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),” tambah Kartini.
Seperti yang kita ketahui, situasi Indonesia belum sepenuhnya lepas dari masalah kekurangan gizi anak, khususnya yang berusia di bawah lima tahun (balita). Tercermin dari prevalensi stunting (pendek) masih sebesar 27,7% sampai 2019, meskipun telah turun dari 30,8% pada tahun sebelumnya. Angka tersebut mengindikasikan masih ada 3 dari 10 anak balita menderita stunting. Jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni maksimal 20% dari jumlah total anak balita dalam satu negara. Untuk menekan angka balita stunting sebesar 14 persen pada 2024 sesuai yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, intervensi percepatan penurunan stunting yang terintegrasi harus terus dioptimalkan.
Di kesempatan yang sama, Koordinator Poksi Kesehatan Balita dan Anak Usia Prasekolah dr. Ni Made Diah, P.L.D., MKM mengatakan,
“Agar kapasitas keluarga dalam memonitor perkembangan kesehatan ibu dan anak secara mandiri dapat berlangsung optimal, perlu penguatan edukasi untuk mendukung pemanfaatan Buku KIA terutama dalam kelengkapan pengisiannya oleh orangtua selama masa pandemi agar kesehatan dan tumbuh kembang anak tetap terpantau. Setiap informasi tentang kesehatan dan catatan khusus adanya kelainan pada ibu serta anak harus dicatat di dalam Buku KIA. Apabila mengalami kesulitan, orangtua bisa berkonsultasi kepada tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan didahului telekonsultasi sebelum janji temu.”
Tahun-tahun pertama kehidupan, terutama periode sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun merupakan periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia.
Mengingat periode 2 tahun pertama ini merupakan masa yang relatif pendek dan tidak akan terulang kembali, orang tua harus memanfaatkan periode yang singkat ini untuk membentuk anak kearah yang positif dengan cara memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun dengan pengenalan makanan pendamping ASI yang tepat dan sesuai mulai usia 6 bulan, memberikan stimulasi yang tepat serta memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik.
Dalam presentasinya, Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K) mengatakan,
“Pemantauan tumbuh kembang dilakukan kepada anak rentang usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun dengan memperhatikan beberapa aspek sesuai tingkat perkembangan usianya. Pemantauan tumbuh kembang harus dilakukan secara rutin karena merupakan suatu proses yang terus berlangsung dan dalam perjalanannya dapat mengalami gangguan atau penyimpangan. Orang tua sebaiknya memiliki catatan khusus tentang perkembangan anak karena waktu pencapaian perkembangan motorik dan mental setiap anak tidak akan sama persis. Kondisi pandemi membuat akses terhadap layanan kesehatan terbatas. Untuk itu, Buku KIA yang diproduksi oleh Kementerian Kesehatan semakin penting untuk dimiliki oleh para orang tua, khususnya ibu hamil agar dapat melakukan pemantauan tumbuh kembang anak sebagai deteksi dini.”