GridHITS.id - Penggemar lagu-lagu religi pasti kenal dengan sosok wanita dengan suaramerdunya.
Wanita yang dulu terkenal itu bernama Sulis yangterkenal karenalagu Cinta Rasul danSalawat Nabi pada tahun 2000.
Ada banyak lagunya yang kerap diputarsaat bulan Ramadan dan menjelang Lebaran tiba.
Sejak kecil, ia sudah terkenal karena menyanyikan lagu religi.
Padahal, ia mengaku tak pernah memimpikan hal itu.
Namun, nasibnya sangat beruntung karena lagunya digemari hingga anak-anak seusianya hingga orang dewasa.
Dulu, ia pernah bercerita kehidupannya sangat getir.
Bahkan, untuk makan sehari-hari sangat kekurangan.
Tak usah heran, ia rela makan makananan setengah busuk.
Kehidupan Sulis sebelum menjadi penyanyi religi ternyata penuh dengan perjuangan yang tak mudah dilalui.
Penyanyi asal Solo ini mengaku, bukan berasal dari keluarga berkecukupan.
Bahkan, bisa disebut serba kekurangan. Sulis sering mendapat hinaan dari beberapa tetangganya karena kondisi hidupnya.
Dalam vlog Melaney Ricardo, Sulis pertama kalinya menceritakan kehidupan masa kecilnya sebelum jadi penyanyi sukses.
Impian ingin punya televisi Sulis mengaku, tak pernah sekalipun terbesit dalam pikirannya untuk menjadi penyanyi religi.
Hidup keluarganya yang serba kekurangan saat itu, membuat Sulis hanya ingin membelikan televisi untuk keluarga.
Terlebih, Sulis terkadang tak dizinkan masuk ke rumah tetangga karena keseringan menumpang nonton televisi.
Tak hanya itu, keluarga Sulis juga sempat dihina oleh beberapa tetangganya lantaran tak mampu membeli sebuah televisi.
"Dulu cita-citaku cuma satu, pengin punya TV. Waktu kecil aku numpang kalau liat TV, ya aku pergi ke rumah tetanggaku.
Itu pun kadang boleh masuk, kadang enggak dibolehin masuk," ungkap Sulis. Jangankan televisi, Sulis mengatakan, kondisi rumahnya hanya sepetak tanpa memiliki kamar mandi. "Rumah aku enggak ada kamar mandi. Jadi MCK (kamar mandi) umum," ujar Sulis.
Pekerjaan ibu dan ayah Sulis Penyanyi religi berusia 31 tahun ini mengatakan, ayahnya dulu melakoni dua profesi berbeda dari pagi hingga malam.
"Kalau pagi, ayahku jadi supir di satu majikan. Kalau malam, ayahku pinjam becak temannya, ngebecak untuk uang saku aku dan kakak-kakakku sekolah," ujar Sulis.
Sementara sang ibu, berjuang keras sebagai penjahit pakaian dalam yang bekerja dari pagi. "Tiap hari (ibu) jalan, mungkin pulang pergi 10 kilometer, dipundaknya bawa karung dipundaknya. Aku ikutin dari belakang," ucap Sulis.
Pernah makan buah setengah busuk
Kemudian, Sulis mengatakan, buah menjadi makanan paling mewah baginya dan keluarga dulu. Meskipun sulit, kata Sulis, orangtuanya ingin anak-anak mereka tetap bisa memakan buah.
Oleh karenanya, berbagai cara dilakukan sang ibu. Bahkan, sampai membeli buah setengah busuk.
"Jadi mamaku kepingin anaknya makan buah. Jadi, mamaku ke pasar. Dia datang ke satu tukang buah itu ada buah yang setengah busuk, ditungguin sama mama, dibeli," cerita Sulis.
Meski keadaan ekonomi yang serba kekurangan, orangtua Sulis tetap mengutamakan pendidikan anak-anaknya. Sulis sangat menghargai jerih payah kedua orangtuanya, sehingga ia tak ingin menambah beban karena kehidupannya saat itu juga sudah sulit. Akhirnya, Sulis berjuang untuk mendapat beasiswa dari sekolah dasar hingga kuliah. "Makanya aku ngotot banget harus dapat beasiswa. Alhamdulillah dari sekolah dasar sampai kuliah dapat scholarship terus," ucap Sulis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kehidupan Sulis Dulu, Kerap Dihina Tetangga hingga Makan Buah Setengah Busuk"