GridHITS.id - Nama Oki Setiana Dewi tiba-tiba menjadi bahan perbincangan warganet usai video ceramahnya viral.
Ceramah kakak Ria Ricis tersebut dianggap menormalisasi adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Awalnya, video tersebut diunggah Oki di akun TikToknya dan kemudian menjadi viral di seluruh media sosial.
Dalam ceramah kali itu, Oki menceritakan sebuah kisah rumah tangga yang disebutnya kisah nyata dari Jeddah, Arab Saudi.
Cerita dimulai dari sepasang suami istri yang tengah bertengkardan membuat suami marah hingga memukul sang istri.
Hal tersebut membuat sang istri menangis dan bersamaan dengan hal itu, pintu bel rumah berbunyi.
Dengan mata sembab, istri itu kemudian membuka pintu dan ternyata tamunya adalah ibu dari istri tersebut.
Melihat ibu mertuanya datang, kata Oki, suami ini khawatir istrinya bakal mengadu atas pemukulan yang ia lakukan.
Ibu tersebut kemudian bertanya kepada anaknya mengapa matanya menangis dan matanya sembab.
Sang anak kemudian menjawab ia menangis karena terharu saat berdoa.
Ia berdoa karena rindu kepada ayah dan ibunya dan ternyata doa itu langsung dikabulkan.
Melihat itu, kata Oki, sang suami luluh karena semestinya sang istri bisa mengadukannnya kepada ibunya.
"Jadi nggak perlulah cerita-cerita yang sekiranya menjelekkan pasangan kita sendiri," kata Oki di akhir cerita.
Bukan menjadi pembelajaran akhirnya video tersebut dikomentari banyak pihak salah satunya penulis novel Okky Madasari.
Melalui media sosial Twitternya @okkymadasari, ia menyebutkan apa yang disampaikan ipar Teuku Ryan tersebut bisa berbahaya.
"Pernah satu acara sama Oki Setiana Dewi, baik & ramah. Untuk itu, semoga Oki paham apa yang disampaikan ini salah, berbahaya dan bisa menjadi justifikasi KDRT." tulisnya.
Karena video tersebut, Oki dinilai tidak paham dengan konteks yang ia bawakan sebagai ustazah.
Sedangkan dr. Andi Khomeini Takdir seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam ikut mengomentari video tersebut di akun Twitternya @dr_koko28.
Menurutnya KDRT bukanlah hal yang bisa dianggap biasa apalagi sebagai ladang pahala.
Karena menurutnya efek buruk yang ditimbulkan bukanlah hal yang main-main salah satunya berkaitan dengan kejiwaan.
"Pasien2ku banyak yang mengalami Post Traumatic Stress Disorder yang menceritakan tekanan yang dia alami saja takut. Meskipun pelakunya sudah tidak disitu," tulis dr. Andi.
Lalu bagaimana sebenarnya melaporkan KDRT bila kita adalah sebagai korban?
Berbagai media sosial saat ini sudah mendukung proses pelaporan korban KDRT, salah satunya Twitter.
Bila Anda menuliskan pencarian KDRT nantinya ada sebuah penjelasan yang berisikan anjuran pelaporan.
Pelaporan ini tidak hanya bisa dilakukan oleh korban tapi bisa oleh teman atau siapapun yang melihat kekerasan tersebut.
"Jika Anda atau perempuan yang Anda kenal mengalami atau berisiko mengalami kekerasan berbasis gender (termasuk KDRT), LBH APIK Jakarta dan Komnas Perempuan ada di sini untuk mendukung Anda," tulis anjuran tersebut.
Sebut saja kita akan melapor ke 'Komnas Perempuan' dan nantinya akan dilarikan kedalam link seperti disini. Usai diproses Komnas Perempuan akan mendampingi Anda sepenuhnya hingga selesai.