GridHITS.id – Baru saja terdengar kabar duka terbaliknya perahu wisata di Waduk Kedung Ombo Boyolali.
Kabar tersebut menghebohkan publik jagat maya maupun nyata dan jadi beritaviral.
Pasalnya, peristiwa nahas itu sampai menewaskan para penumpang yang tenggelam.
Tragedi terbaliknya perahu wisata tersebut terjadi pada Sabtu (15/5/21) siang tepat di Waduk Kedung Ombo Boyolali.
Diduga penyebab utamanya ialah kapal yang kelebihan muatan sehingga keseimbangan goyah dan terbalik.
Berdasarkan kabar yang beredar, perahu mulai goyah saat hampir mencapai tujuan, yakni pasar terapung.
Saat itu, para penumpang melakukan banyak pergerakan untuk mengambil foto selfie bersama, sehingga mengakibatkan perahu tidak seimbang dan terbalik.
Kabar terakhir menyatakaan bahwa 9 orang yang sempat dinyatakan hilang atas insiden kecelakaan air tersebut sudah ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
Turut berduka cita atas meninggalnya para korban tragedi perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo.
Terlepas dari peristiwa nahas tersebut, ternyata tempat wisata Waduk Kedung Ombo ini memang selalu ramai pengunjung terlebih setiap bulan Sura dan Muharram.
Hal itu dikarenakan para wisatawan yang datang ingin melakukan ziarah di makam terapung.
Ya, jika kamu pernah berwisata di Waduk Kedung Ombo, pasti pernah melihat bangunan kecil mengapung di tengah waduk.
Bangunan yang mengapung di tengah waduk tersebut merupakan makam Nyi Ageng Serang, seorang pahlawan nasional Indonesia.
Diketahui, Nyi Ageng Serang wafat pada tahun 1828 dan dimakamkan di kawasan tersebut.
Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi yang merupakan anak Pangeran Natapraja.
Ia merupakan penguasa wilayah terpencil dari Kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang sekarang menjadi wilayah perbatasan Sragen-Grobogan.
“Nyi Ageng Serang merupakan keturunan Keraton Mataram Yogyakarta. Dia dulu menyebarkan agama Islam. Berkembang pesat di Sragen, Boyolali dan Grobogan,” kata Harwinto, dikutip dari Wiken.id.
Pasti banyak yang bertanya-tanya, mengapa makam tersebut berada di atas air.
Melansir dari Grobogan.go.id, Waduk Kedung Ombo dibangun pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 1991 dengan menenggelamkan 37 desa.
Sebanyak 5.268 keluarga yang tinggal di desa-desa tersebut harus kehilangan tempat tinggal untuk proyek pembangunan waduk.
Salah satu yang harus tergusur karena proyek pembangunan tersebut ialah makam Nyi Ageng Serang yang terletak di Dusun Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Oleh karena itu, makam asli Nyi Ageng Serang harus dipindahkan ke Yogyakarta.
Meskipun makam aslinya telah dipindahkan, masih banyak wisatawan yang datang untuk berziarah ke makam yang mengapung di Waduk Kedung Ombo.
Bahkan ada beberapa wisatawan yang datang berziarah pada waktu malam hari.
“Setiap Sura dan Muharram makam Nyi Ageng Serang ramai dikunjungi wisatawan yang ingin berziarah.
Di sana mereka melakukan tirakatan dan berdoa,” kata Ketua RT 027 Dusun Bonolayar, Kecamatan Sumber Lawang, Sragen, dikutip dari Wiken.id.
Diketahui, makam terapung tersebut terbuat dari kayu berukuran 12x8 meter.
Di samping kanan dan kiri pintu masuk utama bangunannya terpasang dua bendera merah putih.
Karena letaknya ada di tengah-tengah waduk, wisatawan yang ingin berziarah harus menggunakan perahu untuk sampai pada makam terapung.
Perahu tersebut telah disiapkan di bibir Waduk Kedung Ombo (WKO).
Perjalanan dari bibir waduk menuju makam terapung memakan waktu sekitar 30 menit.
Para wisatawan yang menggunakan perahu biasanya memberikan uang secara suka rela kepada pemilik perahu yang telah mengantar ke makam Nyi Ageng Serang.