GridHITS.id -Kabar duka kembali menyelimuti Indonesia setelah sebuah pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang yang bertujuan ke Pontianak dinyatakan hilang kontak setelah 4 menit lepas landas.
Pasawat yang terbang dari Bandara Soekarno Hatta Tangeranng tersebut dinyatakan hilang kontak di sekitar Pulau Laki sekitar pukul 14.40 WIB.
Pesawat tersebut mengangkut sebanyak 62 penumpang yang tediri dari 12 kru, 40 penumpang dewasa, 7 penumpang anak-anak, dan 3 bayi.
Saat di udara, pesawat tersebut sempat terbang mengarah ke barat laut, dan ATC (pengatur lalu lintas penerbangan) pun menanyakan arah pesawat tersebut.
Setelah beberapa saat berubah arah, dalam hitungan detik pesawat hilang dari layar radar.
Pasawat Sriwijaya Air tersebut kabarnya tersebut jatuh di sekitar pulau Laki.
Bupati Kepulauan Seribu menuturkan jika kabar tersebut datang dari pihak kelurahan setempat.
Para nelayan di sekitar tempat tersebut pun mengatakan jika sempat melihat ada ledakan api dari peristiwa itu dan langsung meminta bantuan sekitar.
Pulau Laki merupakan pulau yang masuk dalam wilayah Kepulauan Seribu.
Pulau Laki dikatakan sebagai pulau yang ramah pemancing karena memiliki ombak yang tak terlalu kencang.
Tak sepopuler pulau lain di Kepualauan Seribu, Pulau Laki memiliki keindahan yang tak kalah dari pulau-pulau lainnya.
Pulau ini menjadi salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang resmi dijadikan sebagai tempat wisata pada tahun 1988.
Pulau laki ini memiliki luas sekitar 30 hektar dan identik dengan pasir putih yang mengelilinginya.
Pulau ini juga sudah tersedia fasilitas-fasilitas wisata seperti bungalow, kolam renang, dan jalur joging sepanjang 5 kilometer yang mengelilingi pulau.
Pulau Laki dapat dijangkau dengan menggunakan kapal motor dalam waktu 25 menit.
Namun semua fasilitas tersebut tidak lagi digunakan karena pulau tesebut sudah beralih fungsi sebagai tempat latihan TNI Angkatan Laut.
Pulau tersebut sudah menjadi tempat latihan TNI AL semenjak tahun 2001.
"Sejak saat itu Pulau Laki berfungsi sebagai sebagai tempat latihan perang bagi anggota yang akan dikirim ke daerah konflik," ucap Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar) Laksamana Muda (Laksda) Djoko Sumaryono saat itu dikutip dari Harian Kompas (1/10/2002).