Katanya Kuning Telur Mentah Jadi Rahasia Anak Cerdas Sejak Dini, Dokter Justru Beberkan Bahayanya
GridHITS.id -Belakangan viralaksi seorang ibu di TikTok yang memberikan kuning telur mentah pada anaknya.
Terlihat dalam video anak tersebut masih sangat kecil dan disinyalir belum berusia 5 tahun, alias masih balita.
Video tersebut kemudian menyebar secara cepat di Instagram dan menuai banyak kecaman.
Pasalnya sang ibu membuat narasi yang menyebutkan kuning telur mentah adalah rahasia agar anak tumbuh cerdas dan jenius.
Baca Juga:Sering Kali Dihindari, Ternyata Ini Manfaat Ajaib Kuning Telur untuk Kesehatan Jantung
"Rahasia anak jadi jenius cerdas pintar dan kuat!!
Kuning telor (bisa telor ayam kampung.. omega.. puyuh) mentah masukkan ke dotnya kasih air panas,aduk aduk tambahkan susu formulanya, aduk-aduk lg trus tambahin air dingin,"tulis narasi tersebut.
Sang pembuat video pun terlihat memberikan dot berisi kuning telur mentah tersebut pada bayinya.
Kemudian si bayi tersebut pun langsung meminumnya.
"resepku supaya bayi sehat kuat jenius cepet numbuh giigi cepet jalan dan banyak kepintaran," tulisnya sebagai keterangan video.
Tak pelak hal ini menimbulkan banyak hujatan dari warganet.
Baca Juga:Mana yang Lebih Baik, Merawat Rambut Menggunakan Kuning Telur Atau Putih Telur? Ini Jawabannya
"ibu dulu minum TELOR MENTAH jugakah??? Pantesan gak jenius" tulis salah satu warganet.
"plisss jgn d contoh yaa buibu. ini bahaya yook jd ibu cerdas buat anak" tulis warganet lainnya.
Mengutip dari Kompas.com,Dokter spesialis kesehatan anak dari RSIA Sam Marie Basra, Duren Sawit, Jakarta Timur, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A memberikan penjelasan mengenai hal ini.
Ia menyebutkan, konsumsi telur mentah pada balita justru bisa berisiko menimbulkan infeksi.
"Telur ayam mentah tidak boleh diberikan pada anak di bawah usia 5 tahun karena kekebalan tubuhnya belum matang.
Ada risiko infeksi salmonella dari telur yang terkontaminasi," kata Cut saat dihubungi Kompas Minggu (27/12/2020).
Jika seorang anak yang kondisi kekebalan tubuhnya belum kuat menerima asupan berupa telur mentah atau setengah matang yang terkontaminasi bakteri Salmonella, maka infeksi dengan gejala muntah dan diare hebat bisa saja terjadi.
dr. Cut juga menjelaskan,ada 3 faktor yang membentuk anak menjadi cerdas, antara lain nutrisi yang baik, genetik, dan faktor lingkungan.
"Nutrisi yang dimaksud adalah pemenuhan karbohidrat, lemak, protein, dan zat mikro yang tepat, tentunya dengan memerhatikanfood safety," papar dr Cut.
Baca Juga:Bukannya Bikin Gendut, 8 Makanan Berlemak Ini Justru Ampuh Turunkan Berat Badan
"Semua komponen nutrisi itu bersinergi.There is no one special food to prevent or cure all disease," kata dr. Cut.
Ia mengatakan, jika anak hanya diberikan protein saja, misalkan dalam bentuk telur, tanpa diberikan asupan yang mengandung lemak dan karbohidrat, maka protein yang dikandung oleh telur tidak akan membangun otot, otak, dan organ tubuh lain, melainkan akan dijadikan sumber energi.
Sementara itu, dr Reisa Broto Asmoro juga pernah membagikan rahasia agar anak cerdas bahkan sebelum usia 5 tahun.
"Anak akan mengalami tumbuh kembang secara berkesinambungan / terus-menerus.
Pada usia 0-6 tahun anak-anak selalu mengutamakan aktivitas bermain.
Dimana kegiatan bermain dan anak merupakan satu kesatuan yg tak terpisahkan,"ujar dokter Reisa dalamunggahannya di Instagram.
Menurut dokter Reisa hasil penelitian membuktikan bahwa 50% kemampuan belajar seseorang ditentukan pada empat tahun pertamanya.
Sedangkan 30% lainnya terbentuk sebelum mencapai usia 8 tahun.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa ternyatapada usia 2 tahun otak telah mencapai 75% dari ukuran otak ketika anak tersebut dewasa.
Di sisi lain tonggak perkembangan otak bisa mencapai 90% saat anak berusia 5 tahun.
Inilah yang disebut psikolog sebagai "The golden age" menurut dokter Reisa.
Dokter Reisa pun menjelaskan pentingnya pendidikan anak usia dini.
"Pendidikan anak usia dini baik itu taman kanak-kanak, paud, ataupun kelompok bermain, diharapkan memberikan bentuk-bentuk permainan yang edukatif untuk merangsang perkembangan anak baik secara fisik, motorik, sosial, bahasa, maupun emosional."Ujarnya dalam penggalan caption.
Hal ini menurutnya menunjukkan bahwa aktivitas bermain bukan hanya untuk kesenangan semata, namun untuk merangsang respon anak terhadap sesuatu.
Respon tersebut tentunya akan memengaruhi perkembangan fisik motorik, bahasa, sosial, kognitif, dan emosional.