GridHITS.id -Beberapa waktu belakangan, wilayah selatan Jawa, khususnya Pacitan dan sekitarnya sempat beberapa kali mengalami gempatektonik.
Belum lama ini, Kamis (24/9/2020), pukul 20.20 WIB, wilayah barat daya Pacitan diguncang gempa 4.7 M dan terasa hingga Yogyakarta.
Dan belum lama ini, muncul isu akan adanya gempa besar diserta tsunami tinggi yang menghantang wilayah selatan Pulau Jawa.
Hasil riset tersebut diteliti oleh para peneliti di Instutut Teknologi Bandung (ITB).
Hasil riset tersebut telah diterbitkan dalam jurnalNature Scientific Report pada (17/9/2020) lalu.
Munculnya penelitian tersebut lantas membuat masyarakat yang tinggal di selatan Jawa cukup khawatir.
Menjawab adanya penelitian tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika rupanya tak tinggal diam.
Pihaknya ikut angkat bicara terkait hasil penelitian tersebut.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono mengapresiasi penelitian tersebut.
Meski demikian, mengutip dari Kompas.com,BMKG menuturkan bila penelitian tersebut adalah hasil dari kajian ilmiah yang mampu menentukan potensi magnitudo maksimum gempamegathrust dan skenario terburuk.
Akan tetapi, sampai saat ini pihaknya mengaku belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara tepat dan akurat terkait kapan terjadinya gempa, dan di mana akan terjadi.
Baca Juga: Ribuan Cacing Bermunculan di Solo dan Klaten, BMKG Jelaskan Soal Prediksi Gempa dan Tsunami
Penelitian tersebut dianggap sebagai gambaran terburuk dalam acuan upaya mitigasi bencana demi mengurangi risiko terjadinya gempa dan tsunami.
"Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case), dan ini dapat dijadikan acuan dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami," ujarnya, melansir dariKompas.com.
Oleh karena itu, pihak BMKG memilinta masyarakat tetap tenang dan tidak resah.
Daryono berkata bahwa pada saat ini, masyarakat awam menduga seolah dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat.
Padahal, tidak demikian.
"Kita akui, informasi potensi gempa kuat di zona megathrust memang rentan memicu keresahan akibat salah pengertian atau misleading," ujar Daryono.
Namun, masyarakat ternyata lebih tertarik membahas kemungkin dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan.