Kabar Gembira Corona! Ditemukan Cara Baru Atasi Corona Lewat Antibodi Mantan Pasien yang Kriterianya Tak Sembarangan

Sabtu, 30 Mei 2020 | 13:11
europeanpharmaceuticalreview.com

Banyak yang Berharap pada Vaksin, Faktanya Justru Antibodi yang Terbukti Efektif Memblokir Virus Corona Menembus Sel Tubuh

Kabar Gembira Corona! Ditemukan Cara Baru Atasi Corona Lewat Antibodi Mantan Pasien yang Kriterianya Tak Sembarangan

GridHITS.id - Wabah corona perlu diatasi dengan berbagai cara agar dapat mereda

Selain vaksin dan obat-obatan, kini ditemukan cara yang memberikan harapan pada kesembuhan penyakit ini lebih cepat.

Yaitu dengan mengambil antibodi pasien yang sudah sembuh.

Kriteria pasien sembuh itu sangat ketat dan tak boleh sembarangan.

Salah satunya, ditemukannya cara baru menetralkan virus corona dari tubuh pasien dengan memanfaatkan antibody di dalam tubuh mantan pasien penyakit SARS atau Severe Acute Respiratory Syndrome .

Beberapa peneliti dan dokter telah menguji coba plasma darah dari orang yang berhasil sembuh dari Covid-19 untuk mengobati pasien lainnya.

Antibodi yang pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan berasal dari sampel darah seseorang yang berhasil pulih dari sindrom pernapasan akut.

Metode ini memiliki premis sederhana, dimana darah orang yang berhasil pulih dari infeksi mengandung antibodi, dan antibodi adalah molekul yang telah belajar mengenali dan melawan patogen seperti virus penyebab penyakit.

Dilansir dari Medical News Today, dokter melakukan langkah ini dengan memisahkan plasma darah atau salah satu komponen darah yang mengandung antibodi.

Virus corona yang dipindai dengan mikroskop elektron (NIAID)

Kemudian, plasma darah tersebut diberikan pada orang yang terinfeksi virus.

Hal ini diklaim bisa membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan patogen dengan lebih efisien.

Para peneliti dan profesional telah mengupayakan kemungkinan menggunakan metode ini untuk mengobati Covid-19 yang disebabkan oleh infeksi virus corona.

Di Amerika Serikat, 57 lembaga yang terdiri dari peneliti dan dokter sedang meneliti kemungkinan penggunaanplasma darah untuk penyembuhan Covid-19.

Ahli biologi molekuler akan memilih antibodi yang mampu menargetkan urutan protein spesifik suatu patogen.

Sel yang merpakan kloningan dari sel asli penghasil antibodi kemudian mengasilkan jutaan antibodi monoklonal yang identik.

Para ilmuwan awalnya mengidentifikasi antibodi pada darah seseorang yang pernah terinfeksi SARS, dimana penyakit SARS juga disebabkan oleh virus corona.

Individu yang dipelajari antibodinya adalah orang yang berhasil pulih dari infeksi SAES pada tahun 2002 hingga 2004 lalu.

Selama beberapa tahun, para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Washington telah mempelajari terkait SARS dari individu ini.

Dengan mempelajari antibodi dari orang yang berhasil pulih dari SARS memungkinkan peneliti untuk bergerak lebih cepat dibandingkan kelompok lainnya, kata David Veesler, asisten profesor biokimia di Universitas Washington.

Perusahaan bernama Vir Biotechnology telah melakukan pengembangan dan pengujian terhadap antibodi tersebut.

Antibodi itu diberinama S309 dan akan diuji klinis sesegera mungkin.

Selain untuk penyembuhan SARS-CoV dan Covid-19, antobodi ini diharapkan juga bisa menetralkan infeksi yang disebabkan oleh virus corona lain yang memiliki subgenus sama.

Terapi yang sudah digunakan selama ratusan tahun

Dilansir dari Medical News Today, gagasan penggunaan plasma konvalesen atau terapi antibodi pasif ini pertama kali dikenalkan pada akhir abad ke-19.

Orang yang pertama kali mengenalkan metode ini adalah fisiolog Emil Von Behring dan bakteriologis Kitasato Shibasaburou.

Mereka menemukan metode dengan menggunakan antobodi yang ada dalam komponen darah lain untuk melawan infeksi bakteri diptheria.

Sejak saat itu, dokter telah menggunakan terapi antibodi pasif, setidaknya sejak tahun 1930-an untuk melawan infeksi bakteri dan virus.

Sejarah panjang keberhasilan metode ini untuk melawan berbagai penyakit menular menunjukkan bahwa metode ini juga mungkin bisa digunakan untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus corona.

PUNYA HARAPAN TINGGI ATASI CORONA

Food and Drug Administration (FDA) baru-baru ini merekomendasikan para pasien Covid-19 yang telah sembuh untuk mendonorkan plasma darah mereka.

Plasma darah ini digunakan untuk terapi yang disebut bisa mengobati penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona jenis SARS-CoV-2.

Convalescent plasma, begitu nama terapi tersebut, dilakukan dengan cara memasukkan plasma darah penuh antibodi milik pasien yang telah sembuh ke tubuh penderita Covid-19.

Situs resmi FDA menyebutkan terapi ini bisa dilakukan sebagai opsi penyembuhan Covid-19, mengingat tingkat keberhasilan yang cukup tinggi di China.

Apakah terapi ini efektif?

Prof David Muljono selaku Deputy Director Eijkman Institute of Molecular Biology menyebutkan convalescent plasma sangat mungkin dilakukan termasuk di Indonesia.

“Plasma diambil dari darah pasien yang sembuh, tetapi ada kriterianya,” tutur David saat webinar yang digelar oleh The Conversation Indonesia bertajuk “Mengukur Efektivitas Intervensi Pemerintah dalam Penanganan Covid-19”, Selasa (21/4/2020).

Kriteria yang harus dimiliki eks-pasien Covid-19 antara lain usia 18-55 tahun, berat badan lebih dari 50 kilogram, tidak memiliki penyakit penyerta, serta mampu mendonorkan darahnya.

“RNA pasien harus pernah positif, dengan indikasi pasien tersebut harus yang memiliki progress (penyembuhan) yang cepat dan penyakitnya tidak lebih dari tiga minggu,” paparnya.

Terapi convalescent plasma bukanlah kali pertama dilakukan untuk beberapa jenis penyakit.

David menjelaskan, sebelumnya terapi ini dilakukan untuk mengobati penyakit SARS, MERS, hantavirus, dan flu burung.

Lihat Foto Plasma(shutterstock) Untuk kasus Covid-19, convalescent plasma pertama kali dipraktekkan di China.

“Awalnya ada 5 orang diberi terapi itu di China, kemudian ditambah 10 orang lagi. Kemudian ada 2 orang lagi di China. Itu artinya di dunia sampai saat ini baru ada 17 orang yang diberikan terapi tersebut,” tambah David.

Berdasarkan data terbatas itu, tingkat keberhasilan convalescent plasma memang cukup tinggi.

Para pasien di China yang telah diberikan convalescent plasma mengalami penyembuhan yang lebih cepat, serta keparahan yang berkurang terutama pada saluran pernapasan.

Lalu apakah terapi ini benar efektif untuk menyembuhkan Covid-19? David mengatakan terlalu dini untuk berkesimpulan seperti itu.

Itulah mengapa Infectious Diseases Society of America (IDSA) telah mengeluarkan rekomendasi no 7.

“Rekomendasi no 7 yang dikeluarkan IDSA menyebutkan convalescent plasma bukanlah pengobatan terakhir, dan masih belum banyak pengalaman klinis. Butuh studi lebih banyak yang diobservasi secara ketat untuk membuktikan efektivitasnya,” tutur ia.

Tak Hanya Sabun & Disinfektan, Inilah 5 Kelemahan Corona Covid-19, Termasuk Antibodi yang Baik

Apa saja kelemahan-kelemahan dari virus corona yang bisa meminimalisir penyebaran?

Berikut lima kelemahan dari Covid-19 yang berhasil dirangkum oleh TribunStyle di bawah ini:

1. Gunakan sabun untuk mematikan virus

Cuci tangan pakai kertas sabun buatan sendiri. (Kolase TribunStyle (Shutterstock, YouTube BuzzFeed Nifty))

Virus corona bisa hancur dan mati jika terkena sabun.

Pasalnya sabun yang sehari-hari kita gunakan mengandung pelarut lemak yang bisa membunuh virus tersebut.

Hal itulah kita sangat dianjurkan untuk rajin cuci tangan dengan air dan sabun untuk mencegah infeksi Covid-19.

Sabun menjadi media yang efektif untuk membunuh coronavirus karena terdapat beberapa susunan dari virus itu sendiri.

Virus corona pada intinya tersusun atas tiga bagian, yaitu:

1. DNA atau RNA yang menjadi inti dari virus,

2. Protein yang merupakan bahan baku virus untuk memperbanyak diri, dan

3. Lapisan lemak sebagai pelindung luarnya

Ketiga bagian tersebut sebenarnya tidak terikat dengan kuat satu sama lain.

Sehingga, saat lapisan lemak tersebut hancur karena sabun, maka virus tersebut pun akan hancur dan mati.

Maka tepat imbauan untuk mencuci tangan adalah langkah yang dipilih dan sangat efektif untuk mencegah penularan Covid-19.

Apabila masyarakat rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, maka kemungkinan virus berpindah dari tangan dan masuk ke dalam tubuh akan berkurang drastis.

2. Disinfektan mampu membunuh virus

Sebagai informasi, virus corona sendiri ada banyak jenisnya.

Ada virus corona yang menyebabkan SARS, MERS, dan sekarang jenis yang baru ditemukan yakni yang mengakibatkan Covid-19.

Perbedaan pada masing-masing pun memang ada, sehingga masih butuh lebih banyak penelitian.

Akan tetapi, sejauh ini bahwa secara umum karakter keluarga coronavirus cukup mirip, yaitu dianggap lemah apabila dihadapkan dengan bahan disinfektan.

Merujuk pada hasil penelitian, virus corona penyebab SARS dan MERS bisa bertahan di permukaan benda seperti metal, kaca, atau plastik hingga beberapa hari.

Meski sejauh ini belum ada penelitian mengenai ketahanan virus penyebab Covid-19 di permukaan, tapi diduga hasilnya tak akan jauh berbeda dari satu rumpun sesama virus corona lainnya.

Kabar baiknya, virus tersebut dianggap bisa mati dengan bahan disinfektan seperti alkohol dengan kadar 60-70%, hidrogen peroksida 0,5%, atau sodium hipoklorit 0,1% dalam waktu 1 menit.

Sehingga masyakarat diimbau untuk rajin membersihkan permukaan benda yang sering disentuh seperti telepon genggam, gagang pintu, dan meja kerja menggunkaan bahan disinfektan.

3. Akan lemah di suhu panas

Memang sejauh ini belum ada penelitian yang menyebut bahwa virus penyebab Covid-19 lemah terhadap panas.

Akan tetapi, virus corona penyebab penyakit SARS telah terbukti bisa melemah pada suhu yang panas.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), virus penyebab SARS sendiri bisa terbunuh pada suhu 56°C.

4. Tak mampu bertahan lama di permukaan

Ilustrasi (unsplash/CDC)

Virus corona memang bisa bertahan beberapa hari di permukaan.

Namun, seiring berjalannya waktu, virus ini tak lagi cukup kuat untuk bisa menimbulkan infeksi kepada seseorang.

Melihat kondisi tersebut, baik WHO maupun Kementerian Kesehatan RI tak melarang pengiriman paket antar negara karena risiko penularan melalui media pengiriman paket tersebut dianggap sangat rendah.

5. Kalah dengan antibodi yang baik

Perlu diketahui, infeksi Covid-19 memang bisa dilihat dari tingkat keparahan, mulai dari yang ringan hingga parah.

Seperti pada pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dengan gejala ringan, maka bisa sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuhnya baik.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan di Australia menyatakan bahwa salah satu kelemahan virus corona adalah dalam menghadapi antibodi yang sehat.

Syaratnya yakni tetap melihat secara teratur kadar antibodi yang dihasilkan oleh seorang pasien Covid-19 berusia 47 tahun dengan gejala ringan hingga sedang, seperti:

1. Pasien tersebut tak punya penyakit penyerta yaitu hipertensi atau diabetes.

2. Kondisi tubuh secara keseluruhan sehat dan hanya terdapat satu infeksi yang tengah dialami, yaitu Covid-19.

3. Pada hari ke 7-9 sejak gejala Covid-19 pertama kali muncul pada pasien tersebut, sejumlah antibodi mulai terbentuk di tubuh.

Tanda yang diketahui tersebut menunjukkan tubuh tengah mengeluarkan berbagai senjatanya untuk berusaha melawan virus corona.

Sehingga beberapa hari setelah antibodi terbentuk, tubuh pasien tersebut mulai membaik.

Akan tetapi, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dalam skala yang lebih besar lagi untuk melihat pola “peperangan” antara virus corona dan antibodi.

Tak memungkiri juga penelitian di atas bisa dijadikan sebagai pengingat pentingnya menjaga daya tahan tubuh dengan menjalani pola hidup yang sehat.

Beberapa kelemahan virus corona itulah perlu diketahui supaya masyarakat dapat memahami bagaimana cara mencegah penularan Covid-19.

Selain itu tetap waspada akan wabah corona dan tak boleh meremehkan adanya virus ini.

Masyarakat pun harus selalu melakukan pencegahan di mana ia berada dan setiap waktu.

Hal itu guna meminimalisir risiko masyarakat terinfeksi virus ini dan bisa meredam wabah yang kian meluas ini

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terapi Plasma Darah Efektif Sembuhkan Covid-19, Benarkah?"danKABAR GEMBIRA! Ditemukan Cara Baru Netralkan Virus Corona, Antibodi Mantan Pasien SARS Jadi Andalan

Tag

Editor : Saeful Imam

Sumber tribunnews, Kompas